15.
KHUSUS   DAN   UMUM

Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).

“Bukanlah suruhan Ku yang berupa ilmu pengetahuan yang Ku tujukan kepadamu, dari jurusan hatimu, itu untuk memindahkan kedudukanmu dari umum kepada khusus.

Bukan pula di kala Aku memerintahkan kepadamu untuk membuang segala apa yang Ku berikan padamu berupa ilmu-ilmu dan pengetahuan-pengetahuan itu demi kegairahan Ku atasmu. Dan bukan pula supaya Aku memilihmu untuk diri Ku. Itu semua adalah agar engkau keluar daripada makrifat kepada penyaksian, dan dari khusus yang tingkat khususnya khusus, supaya negkau utuh untuk Ku, sebagaimana Aku menjadi untukmu, menjadi sasaran pandanganmu dan engkau menjadi sasaran pandangan Ku”.

“Tiada lagi antara Ku dan antaramu batas pemisah sesuatu pun, baik nama-nama Ku, atau ilmu-ilmu Ku apalagi nama-nama atau ilmu-ilmumu”.

“Hendaklah engkau titipkan namamu kepada Ku sampai tiba saatnya Aku menjumpaimu dengan (nama). Jangan ada lagi antara Ku antaramu nama, ilmu dan makrifat yang membatasai, maka untuk Hadirat Ku telah Ku bentuk engkau bukan untuk hijjab. Maka pada Hadirat Ku tidak satupun lagi yang mampu menguasaimu, karena sesungguhnya engkau adalah kemudian daripada Ku, dan sesuatu apapun yang Ku nyatakan adalah kemudian daripadamu”.

16.
SETIAP YANG BERBEKAL AKAN TERKALAHKAN

Aku ditegakkan berdiri di atas permukaan laut, maka kulihat bahtera demi bahtera saling tenggelam, yang tersisa hanya keping-keping papan yang berserakan di sana-sini” Kemudian tiba saatnya papan-papan itu tenggelam juga. Lalu Dia berseru kepadaku : “Tiada satupun yang naik di permukaan laut itu akan selamat, dan setiap yang berbekal akan terkalahkan”.

Ia pun berseru pula : “Barang sapa yang mau menerjunkan dirinya dan tidak mau naik, berarti mau menghadang bahaya”.

Lanjutnya : “Siapa yang naik juga dan tidak mau menempuh bahaya, niscaya akan binasa!”.

Dan kata Nya : “Dalam menempuh bahaya masih ada sebagian darapan dari keselamatan”. Dan ombak yang ketika itu datang menggunung menganggkat pula apa-apa yang ada di bawah permukaan laut dan dihempaskan ke tepi pantai.

Lalu kata Nya : “Cahaya terang di atas permukan laut tak dapat di capai, dan dasar laut yang gelap gulita tak dapat dikuasai, dan di antara keduanya ikan-ikan juga tidak dapat terjamin keselamatannya”.

Dan lanjut Nya pula : “Jangan engkau naik ke permukaan laut, maka Aku akan menghijabmu dengan bekal bawaanmu sendiri dan jangan pula terjun ke dalam laut, yang demikian halnya sama saja; Aku tetap akan menghijab dengannya”.

Lalu kata Nya kepadaku : “Di laut itu ada batas-batas, maka yang mana yang akan mendukungmu?”.

Dan kata Nya : “Bila engkeu merelakan dirimu pada lautan, lalu engkau terjunkan dirimu ke dalamnya, tidak yang demikian menjadikan dirimu sama dengan hewan laut”.

Dan kata Nya : “Terperdayalah engkau! Jika Aku menunjukan engkau atas selain Ku!”

Kata Nya pula : “Bila engkau membinasakan dirimu berkorban untuk selain Ku, maka engkau adalah bagi siapa yang engkau rela berkorban itu”

Dan kata Nya : “Dunia itu bagi barangsiapa yang Ku singkairkan jauh daripada dunia, dan bagi barangsiapa yang Ku singkirkan dunia itu daripada dirinya; Dan akhirat itu bagi barangsiapa yang Ku datangkan untuk menghadap (mendekat) kepadanya, dan Ku jadikan pula ia suka menghadap kepada Ku”.

17.
MASUKLAH  PADA “KU” SEORANG DIRI

“Hendaklah engkau bekerja tanpa melihat pekerjaan itu :
Hendaklah engkau bersedekah tanpa memandang sedekah itu!
Engkau melihat amal perbuatanmu walau baik sekalipun, tidak layak bagi Ku untuk meandangnya, maka janganlah engkau masuk kepada Ku dengannya.

Sesungguhnya jika engkau datang kepada Ku berbekal amal perbuatanmu, maka akan Ku sambut dedatanganmu dengan penagihan-penagihan dan perhitungan. Dan jika engkau mendatangi Ku dengan ilmu pengetahuanmu, maka Ku sambut dengan tuntutan. Dan jika engkau mendatangiku dengan makrifat, sambutan Ku adalah Hujat, sedang hujat Ku lebih utama dan lebih seharusnya.

 Hendaklah engkau singkirkan ikhtiar (memilih), niscaya pasti Aku singkirkan tuntutan. Hendaklah engkau lepaskan ilmu pengetahuanmu, amal perbuatanmu, makrifatmu, sifatmu, namamu dan dari segala yang nyata, supaya dengan demikian engkau bertemu dengan Ku seorang diri.

Bila engkau menemui Ku, dan ada di antara Ku dan antaramu sesuatu dari kenyataan-kenyataan itu, sedangkan Aku-lah yang menciptakan segala yang yang nyata, Aku lebih dahulu menyingkirkan daripadanya, demi cinta.. guna mendekatimu, maka janganlah engkau membawa kenyataan-kenyataan dalam menemui Ku, jika masih saja demikian halmu, maka tiada kebaikan daripadamu.

Jika engkau mengethaui di kala engkau masuk kepada Ku, pastilah engkau akan memisahkan diri dari para Malaikat, sekalipun mereka itu saling bantu-membantu kepadamu, karena keenggananmu maka hendaknya jangan ada lagi penolong selain Ku.

Jangan engkau melangkah ke luar dari rumahmu tanpa mengharapkan keridaan Ku, karena Aku-lah yang bakal menunggumu dan menjadi petunjukmu.

Temuilah Aku dalam kesendirianmu, sekali atau dua kali sehabis menyelesaikan shalatmu, niscaya Ku jaga malam dan siang harimu, Ku jaga pula hatimu, Ku jaga pula urusanmu, juga kemauan kerasmu.

Tahukah engkau bagaimana hendaknya engkau datang menjumpai Ku seorang diri? Hendaknya engkau melihat tibanya Hidayah Ku kepadamu, karena kemurahan Ku bukan karena amalmu engkau memperoleh pengampunan Ku dan bukan pula oleh ilmu pengetahauanmu.

Serahkanlah kembali kepadaku buku-buku ilmu pengetahuan, dan catatan-catatan amalmu, niscaya Ku buka kedua tangan Ku, Ku terima dan Ku buahkan dengan keberkahan Ku dan Ku lebihi dengan kemurahan Ku”.

18.
BERDIRI DI ANTARA KEDUA “TANGAN ALLAH”

“Bila engkau didatangi Kalam (pena), lalu ia mengatakan kepadamu : “Ikutlah aku! Ketahuilah yang berada di sisi ilmu itu adalah Aku, hendaknya mendengar daripada Ku, akulah yang menggariskan rahasia-rahasia itu. Hendaklah engkau menyerahkan diri pada Ku saja, tidaklah engkau dapat melangkahi Aku dan mencapai Ku, maka katakanlah kepada “Kalam”. Enyahlah daripadaku hai kalam! Yang menyatakan aku adalah yang menyatakanmu, dan yang memeperlakukan aku adalah yang memeperlakukan engkau, yang menciptakan aku adalah yang menciptakanmu. Daripada Nya aku mendengar dan daripada mu, kepada Nya aku berserah diri, dan bukan kepadamu.

Jika ku dengar ucapanmu, niscaya aku terhijab, bila ku serahkan diriku padamu, niscaya aku menjadi lemah, bila aku mengikutimu nicaya akau jatuh di perbatasan dan menemui beberapa persimpangan yang tidak menetu jurusannya.

“Bila mendatangi engkau Arasy... dengan serba kemegahannya yang memepesonakan, diiringi pula oleh para Malaikat yang tak henti-hentinya bertasbih, lalu engkau di panggil ke arah dirinya, maka sahutilah panggilannya itu “Enyahlah engkau wahai Arasy! “Perhatianku bukan di sisimu” dan “berdiriku di sekitarmu!.

. Perhentianku di sisi Allah yang menciptakan dirimu, dan Ia lebih besar daripadamu di dalam arena ke Agungan dan Keindahan, lebih memukau dari keindaanmu dalam tingkatan perhiasan, maka berdirimu karena pertolongan Nya, engkau berhujat kepada Nya, memerlukan bantuan Nya.  Adapin Dia maka Dia berdiri dengan Zat Nya; Jamal Nya daripada Nya; Keindahan Nya dari pada Nya. Keagungan Nya daripada Nya, tiada dari selain Nya.

“Bila engkau berkehendak supaya jangan ada sesuatupun yang melintas kepadamu selain Ku, dan bila engkau berhasrat ke luar (melepaskan diri) dari segala yang nyata, maka hendaklah engkau berdiri di dalam ketiadaan (anafi) di ambang pintu  (“LA”) (tiada) Ilaha illallah (Tuhan melainkan Allah) dan ketahuilah, bahwa “an-nafi” tidak akan tercapai kecuali dengan Ku. Aku nanti yang akan menafikanmu daripada yang lain-lain dan Ku isbathkan engkau dengan karunia Ku dalam bertetangga dengan Ku dan di sisi Ku”.

“Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, bukan untuk mendengar daripada Ku, dan bukan untuk mendapat tahu daripada Ku, dan bukan untuk saling bertutur kata, tetapi hanyalah untuk saling pandang-memandang, tetapkanlah pendirianmu dalam pendirian ini hingga tiba saatnya Aku bersabda kepadamu, Maka apabila Aku bersabda hendaklah engkau menangis, menyesali sabda-sabda Ku yang termakan oleh usiamu yang telah lanjut berlalu.

“Bila engkau telah berdiri di Hadirat Ku, jangan hendaknya engkau keluar dari maqammu, sehingga andaikan engkau dijumpai, di kala menyaksikan Aku, oleh runtuhnya langit dan hancurnya bumi, engkau akan tetap juga dan tidak akan pergi menyingkir”.

“Bila engkau telah mengenal, bagaimana engkau berdiri di antara ke Dua Tangan Ku, demi untuk Zat Ku dan Wajah Ku semata, bukan untuk keperluan apapun, baik dari pembicaraan maupun tutur kata Ku, maka sesungguhnya engkau telah mengenal ka Agungan Hadirat Ku”.

“Dan barang siapa sudah mengenal akan ke Agungan Hadirat Ku, akan Ku haramkan apapun selain Ku, dan akan Ku jadikan menjadi ahli pemeliharaan Ku”.

“Bila engkau di datangi oelh pendatang (A Warid) yaitu Khatir Rabbani (lintasan hati yang datang dari Tuhan), maka hendaklah engkau ucapkan :
“Yaa man auradal waarida asy hidnii malakuuti birrikafii dzikrika wadziqnii khanaana dzikri kafii isyhaa dika”
“Wahai Allah yang mendatangkan Al Warid, persaksikan padaku ke Agungan kasih sayang Mu dalam zikirku kepada Mu, dan anugrahilah padaku rasa kerinduan dalam zikirku kepada Mu dalam engkau mempersaksikan.

19.
KEGAIBAN, PENGLIHATAN DAN PENYAKSIAN

Kegaiban (ketidak hadiran) adalah sesuatu kelalaian, hal yang demikian banyak dirasakan oleh manusia-manusia ahli dunia, disebabkan karena melihat sesuatu pada zat dirinya, maka yang demikian itu bagaikan membuka peluang untuk disambar oleh sesuatu-sesuatu itu; dan sesuatu-sesuatu itu saling panggil-memanggil hingga engkau akan terbagi-bagi di antaranya dan tercerai-beraikan oleh panggilan masing-masing itu.

Jelas yang demikian membuatmu gaib daripada Yang Maha Tunggal lagi Berdiri Sendiri. Hanya dengan Pertolongan Nya engkau dapat tegak berdiri, tetapi engkau alihkan penglihatanmu untuk segala sesuautu hingga engkau menerjunkan diri untuk mendapatkan agar memilikinya, atau waspada daripadanya, takut ke padanya, merendah-rendah membujuk merayunya.

Adapun Penglihatan, maka ia adalah: ‘Penglihatanmu kepada Allah dan Kekuasaan Nya atas segala sesuatu itu, menunjukan betapa lemahnya segala sesuatu itu dengan zat dirinya masing-masing, dan sangat sedikit sekali daya upaya, yang hanya merupakan suatu pinjaman dari Allah yang membentuknya serta mendirikannya, maka kesemuanya itu tiada berkemampuan untuk menarikmu dengan zat-zatnya, dan lemah sekali untuk membagi-bagikan kesan dan lemah pula untuk mempengaruhimu dengan segi-segi yang mencerai beraikan. Hanya Allah sajalah Zat Yang Maha Suci yang dapat menghimpun kemauan kerasmu kepada Nya. Dan menyatakan Nya di balik cela-cela sesuatu itu yang dapat melenyapkan zat-zatnya dan zat dirinya.

Adapun Penyaksian, maka ia adalah : “Penghapus leburan segala sesuatu dengan tata laksana ke dalam Nur Illahiat yang melimpah ruah yang meliputi segala-galanya, dan itulah yang kami istilahkan “Penyaksian dengan Hati”.

20.
HIJAB  HIJAB

Hijab-hijab Zat Ilahiat itu, dala lima :
1.            Hijab A ‘yan (A’yan = segala mahluk yang diciptakan oleh Allah).
2.            Hijab Ilmu
3.            Hijab Huruf
4.            Hijab Asma (Nama-nama)
5.            Hijab Kejahilan (kebodohan)

Dunia dan akhirat dan apa yang ada di antara keduanya dari makhluk-makhluk, adalah hijab A’yan dan setiap “ain (mata) dari kesemuanya itu adalah hijab A’yan atas dirinya sendiri dan hijab atas selainnya.

Dan Hijab Ilmu dikembalikan pada hijab a’yan, karena ilmu itu hasil pembahasan terhadapnya dan terhadap pada peraturan-peraturannya.
Dan hijab huruf adalah hijab hukum...
Dan Asma (nama-nama) adalah hijab atas apa yang dinamai..
Terakhir adalah Hijab Kejahilan (kebodohan) yang mana tidak dapat diungkapkan melainkan pada Hari Kebangkitan (Hari kiamat).

21.
APA-APA  YANG DISERUKAN ALLAH KEPADA HAMBA-NYA

1.            Hai hamba “Bila engkau telah menghilangkan (melalaikan) hikmat kebijaksanaan apa yang telah engkau ketahui, maka apa yang akan ngkau perbuat dengan ilmu yang tiada engkau ketahui itu ?

2.            Hai hamba! “Kesedihan yang menimpa dirimu, adalah kesedihan yang sebenar-benarnya, (yakni bilai engkau telah melalaikan Daku, maka sesungguhnya engkau telah melalaikan  sesuatu yang tiada lagi gantinya).

3.            Hai hamba! “Jika bukan karena Shomad Ku (shomad = kesudahan dari semua pinta), niscaya engkau tidak menemukan tujuan permintaanmu. Dan jika bukan karena Dawam Ku (dawam = yang terus menerus tanpa hentinya) niscaya engkau bosan,

4.            Hai hamba! “Aku lebih utama bagimu daripada apa yang Kunyatakan, sedangkan engkau lebih utama bagi Ku dari apa yang Ku sembunyikan.

5.            Tanda ampunanku di dalam suatu ujian, ialah bahwa ujian itu menjadi suatu ilmu pengetahuan bagimu.

6.            Siapa yang Ku bodohkan, Ku beri dalih dengan kejahilan, Aku bermuslihat dengan ilmu pengetahuan Ku terhadap siapa yang Ku bodohkan.

7.            Hai Hamba! Andaikan Ku beritahukan padamu apa yang terkandung di dalam penglihatanmu itu, maka pastilah engkau akan merasa sedih masuk ke dalam surga.

8.            Hai Hamba! Barang siapa yang sudah melihat Ku, maka ia akan dapat melampaui “ucapan dan diam” dan melangakahi “Ilmu pengetahuan dan kebodohan” dan melangkahi epmbatasan.

9.            Hai Hamba! Manakala engkau memohon, hendaklah engkau berdiri menghadap kepada Ku, niscaya engkau Ku beri, Jangan sekali-kali engkau berdiri menghadap kepada permohonanmu, yang demikian membuatmu terhijab dan Ku tolak.

10.         “Aku sendiri adalah bukti nyata, dan tiada selain Ku yang dapat dijadikan bukti.

11.         Tanda-tanda keyakinan adalah keteguhan, dan tanda-tanda keteguhan adalah keamanan dalam menghadapi bahaya.

12.         Siapa yang menyembah kepada Ku demi wajah Ku, niscaya akan kekal. Siapa yang menymbah pada Ku karena takut siksa Ku, niscaya akan berhenti tanpa kelanjutan; dan siapa yang menyembah pada Ku karena rakus dalam kenikmatan Ku, niscaya akan putus.

13.         Jika engkau makan dari uluran tangan Ku, niscaya jasad tubuhmu tidak akan menaatimu untuk engkau ajak bermaksiat pada Ku.

14.         Hai hamba! Buatlah bendungan di depan pintu hatimu, dan jangan diperkenankan masuk selain Ku, engkau pun hendaknya menjadi pengawas atas bendungan itu dan tinggalah sekali di dalamnya, hatimu adalah rumahku, sampai tiba saatnya saling jumpa dalam pertemuan.

15.         Letakkan dosa-dosamu di bawah telapak kakimu, dan letakkan kebaikanmu di bawah dosa-dosamu.

16.         Huruf itu adalah huruf Ku, dan ilmu itu adalah ilmu Ku, sedangkan engkau adalah hamba Ku, bukan hamba huruf Ku, bukan pula hamba ilmu Ku.

17.         Hai Hamba! Jangan engkau berdiri di persimpangan, niscaya engkau akan diarahkan ke perbagai jurusan, dan janganlah engkau berdiri di dalam ilmu, niscaya engkau akan diarahkan ke pelbagai pengetahuan-pengetahuan, dan janganlah engkau keluar dari Hadirat Ku, niscaya engkau akan disambar kenyataan-kenyataan.

18.         Hai Hamba! Bila engkau tertawan oleh nama Ku, niscaya engkau akan diserahkan kepada namamu sendiri, dan bila engkau tertangkap oleh sifat Ku, maka engkau akan diserahkan kepada sifatmu sendiri, dan bila yang menahanmu selain dari Ku, niscaya engkau akan dikembalikan kepada dirimu sendiri, dan bila dirimu sendiri yang mengambilmu maka engkau akan diserahkan kepada musuh dirimu.

19.         Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku; jika engkau berkata-kata, maka itulah tutur kata Ku; jika engkau menghukum, maka Akulah hakim itu.

20.         Huruf dan apa yang diuraikan oleh huruf adalah serambi ilmu, dan ilmu itu adalah serambi makrifah, dan makrifah adalah serambi nama, dan nama itu adalah serambi dari apa yang dinamakan.

21.         Hai hamba! Engkau telah menerima baik setiap undangan, mengapa undanganKu tidak?? Hai hamba! Gantungkanlah ucapanmu kepada Ku, niscaya perbuatanmu pun akan bergantung padaKu; jika perbuatanmu sudah bergantung pada Ku, maka akan berkelangsungan pemikiranmu dalam beribadat kepada Ku, dan akan masygul lah hati dan batin mu. Hai hamba! Meyerahlah kepada Ku, dengan demikian Ku buka pintu untukmu, agar engkau dapat bergantung pada Ku.

22.         Hai hamba! Jangan engkau berputus harapan daripada Ku, niscaya engkau terlepas dari perlindungan Ku; bagaimana engkau berputus asa daripada Ku, sedangkan dalam hatimu terdapat utusan Ku dan juru bicara Ku.

23.         Hai Hamaba! Penghuni maqam-maqam itu adalah daripada Ku, mereka tidak menghendaki apapun dan tidak membiasakan apaun dan tidak pula jinak pada sesuatu apapun.

24.         Bila tiba hari kiamat, maka berdatanganlah jiwa-jiwa menuju kepada Nur Ku. Apabila di dunia Jiwa ddan Nur Ku telah saling berkaitan, maka terbukalah hijab, tetapi jika tidak, maka tetaplah sebagaimana adanya dahulu.

25.         Hai hamba! Jika engkau berada di sisi Ku, tiada satupun di alam semesta ini yang membekas pada dirimu; engkau tidak girang dengan apa yang engkau peroleh , dan tiak pula menyesali apa yang luput daripadamu. Engkau berada di sisi Yang Maha Pencipta Segala, engkau telah cukup kaya, tidak memerlukan lagi apa-apa yang ada di alam semesta.

26.         Hai hamba! Jika dirimu menentagmu, maka laporkan tantangannya kepada Ku.

27.         Hai hamba! Segala sesuatu Ku beri keperkasaan untuk menyambarmu dari dirimu sendiri, maka jika terjadi hal yang demikian, bermohonlah engkau akan pertolongan Ku. Maka akan Ku perlihatkan keperkasaan Ku, lalu Ku himpun engkau dengan keperkasaan Ku.

28.         Hai Hamba! Akulah Allah. Telah Ku jadikan segala sesuatu itu mempunyai kelemahan (ketidaksanggupan) dan Ku jadikan setiap kelemahan itu kefakiran.

29.         Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah yang memarahi dirinya sendiri demi Aku, dan tidak rela pada dirinya sendiri; Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah yang tetap berzikir kepada Ku tanpa diselingi oleh kealpaan.

30.         Hendklah engkau jadikan terjemahn, tafsiran dan huruf-huruf itu sebagai alat dan kendaraan untuk sampai kepada Ku yang merupakan untaian kata-kata.

31.         Hai hamba! Janganlah engkau menukarkan Daku dengan sesuatupun, maka tiadalah sesuatu yang memadai dan menanadingi Ku.

32.         Hai hamba! Jangan hendaknya engkau menyertai yang fana. Hai hamba! Hendaklah engkau dala segala hal bersama Ku saja, niscaya Ku utus padamu pada hari Aku bernyata suatu tanda dan alamat yang akan meneguhkanmu, maka engkau tidak dikenai oleh kengerian dan ketakuatan, dan tiada pula digemparkan oleh apa yang mendahsyatkan.

33.         Hai hamba! Engkau akan bebas di dlam maqam Hadirat Ku! Tiada satu pun baik perkataan-perkataan maupun perbuatan-perbuatan yang memanggil dan menyeru padamu.

34.         Hai hamba! Kosongkanlah hatimu dari kedamaian apapun, niscaya engkau tidak lagi punya tandingan; Jika engkau menyimpan yang damai, maka apa yang bertentangan akan menjadi tandinganmu. Yang damai akan mengakibatkan keselamatan dan yang bertentangan akan mengakibatkan kebinasaan.

35.         Hai hamba! Sekali-kali engkau tidak akan mengenal Ku, sebelum engkau melihat bagaimana Aku menganugrahkan dunia ini dalam kemwewahan dan kelezatan, yang mana engkau sendiri telah mengetahui terhadap seseorang yang durhaka, maka engkaupun akan rela terhadap apa yang Ku jauhkan daripadamu, dan engkau akan mengetahui akan apa yang Ku palingkan, agar Ku jauhkan engkau dari hijab Ku. Hai hamba! Ketahuilah bahwa ada suatu janji antaramu dan antara ahli dunia ini akan lenyap, dan engkau akan melihat kedudukanmu dan kedudukan ahli dunia ini.

36.         Yang berdiri di anatar kedua tanganKu, tangannya akan menjulang tinggi atas langit dan bumi, jauh di atas surga dan neraka, maka tidak ia akan berpaling menoleh kepada kesemuanya ini. Akulah yang mencukupinya... tiada dasar makrifatnya kecuali di atas landasan Ku; dan tiadalah ilmu pengetahuan serta renungan hatinya melainkan berkisar antara kedua tangan Ku.

37.         Hai hamba! Robohkan apa yang telah engkau bangun dengan kedua tanganmu, sebelum Aku merobohkan dengan kedua tangan Ku.

38.         Engkau adalah hamba selama engkau di kuasai.

39.         Hai hamba! Bila engkau tidak melihat Ku di dalam sesuatu, maka penglihatanmu adalah kelalaian belaka.

40.         Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku di dalam du hal yang saling bertentangan dengan sekali pandang, maka sesungguhnya Aku sudah memilihmu untuk diri Ku.

41.         Hai hamba! Di dalam Aku melemahkan engkau di antara orang-orang yang lemah, dan menguatkan engkau di antara orang-orang yang kuat, tidaklah engkau merasakan cinta Ku.

42.         Hai Hamba! Tidaklah dapat dibenarkan saling bertutur kata, melainkan yang satu berkata dan yang lain diam, tetapi hendaklah engkau diam dan dengarkan tutur kata Ku.

43.         Hai hamba! Engkau telah membuat rumus dan telah engkau terangkan pula maksudmu dengan kefasehan lidah, toh kesudahannya kepada Ku Juga.

44.         Hai Hamba! Hendaklah engkau perhatikan apa yang dengannya engkau menjadi baik, itulah harga dirimu di sisi Ku.

45.         Penglihatan itu adalah suatu ilmu yang mengekalkan, maka hendaknya terus engkau ikuti, dengan demikian akan membawa kemenangan bagimu atas dua hal yang saling berlawanan.

46.         Hai hamba! Jangan hendaknya engkau jinak pada sesuatu selain Ku, lalu engkau menuju kepada Ku; maka serta merta Aku akan menolakmu dan Ku kembalikan engkau pada sesuatu itu.

47.         Dengan sikap membenci dunia adalah lebih baik daripada beribadah untuk akhirat.

48.         Rumahmu di akhirat kelak yang daripada Ku, laksana hatimu sekarang di dunia ini daripada Ku.

49.         Hendaklah engkau tidur, sedang engkau melihat pada Ku, begitulah nanti di kala Aku mewaafatkan engkau, engkau akan melihat pada Ku.

50.         Hendaklah engkau bangun dari tidurmu, sedangkan engkau melihat pada Ku, begitu pulalah nanti di kala engkau Ku bangkitkan di Hari Kiamat, engkau akan melihat pada Ku pula.

51.         Hai hamba! Ketahuilah bahwa penyakit dan obat itu bagi orang yang lalai.

52.         Salian Ku tolak engkau dengan pelbagai hijab, kemudian Ku buka untukmu pintu-pintu dan lorong untuk tobat, yang demikian itu adalah peluang Ku bagimu agar engkau melintasi hijab itu menuju kesudahan pintu-pintu itu.

53.         Hai hamba! Aku bukannya untuk sesuatu, lalu sesuatu itu akan meliputi Ku, bukan pula engkau untuk sesuatu lalu sesuatu itu meliputimu; tetapi sesungguhnya engkau hanyalah untuk Ku dan dengan Ku.

54.         Hai hamba! Jangan dikira setiap yang terbuka itu dapat dilihat. Aku adalah Raja yang terbuka dengan Kemuliaan, yang berhijab dengan Keperkasaan.

55.         Hendaklah engkau melihat segala sesuatu sedangkan engkau melihat pada Ku, sama halnya dengan engkau menghukum padanya dan ia tidak dapat menghukum padamu.

56.         Hai hamba! Engkau ditimpa suatu persoalan, maka katakanlah “Tuhanku! Tuhanku! Niscaya Ku jawab : Labbaik! Labbaik! Labbaik!!!

57.         Bila engkau melihat Ku, sedangkan engkau tidak melihat apapun yang daripada Ku, maka sesungguhnya enggkau sudah melihat Ku benar-benar.

58.         Hai hamba! Bila engkau melihat Ku, berarti engkau berada di sisi Ku; bila engkau tidak melihat Ku, berarti engkau berada di sisimu sendiri. Maka selayaknya engkau berada di sisi siapa yang datang dengan membawa kebaikan.

59.         Hai hamba! Aku telah memuliakanmu dan Ku jadikan segala sesuatu itu bersikap lembut dan lunak kepadamu, maka sekali-kali Aku tidak rela dengan berhentimu sampai di situ, sangat sekali Ku sayangkan! Demi perhatian terhadap padamu dan atasmu.

60.         Hai hamba! Bila engkau telah melihatku! Tiadalah akan sirna bahaya itu sebelum sirna angan-anganmu.

61.         Bila engkau telah menafikan (meniadakan) apapun selain Ku, niscaya engkau akan bertemu kepaa Ku dengan sebanyak bilangan dari apa yang telah Ku ciptakan dari kebaikan-kebaikan itu.

62.         Engkau menjadi hamba assiwa selama engkau telah melihat bagi dia bekas.

63.         Barangsiapa telah melihat Ku, niscaya ia akan menyaksikan bahwa sesuatu itu adalah milik Ku, dan barangsiapa yang sudah menyaksikan bawa sesuatu itu adalah milik Ku, engganlah ia mengadakan tali hubungan dengannya, dan selama engau mengikatkan tali hubungan dengan sesuatu, hingga dari satu segi engkau melihat bahwa sesuatu itu kepunyaanmu dan di segi-segi lain engkau melihat bahwa sesuatu itu adalah milik Ku, niscaya engkau tidak akan mengikatkan tali hubungan.

64.         Hai hamba! Ucapkanlah : “Labbaika Wasa’adaika Walkhairu Bika Waminka Wailaika Waiyadaika” Artinya : Aku selalu menaati Mu, Menuruti Seruan Mu, dan kebaikan itu adalah dengan Mu, daripada Mu, kembali kepada Mu, dan di kedua tangan Mu”.

65.         Hai hamba! Hilangkanlah kebiasaanmu berikhtiar (memilih) niscaya akan Ku buang sama sekali tuntutan Ku itu.

66.         Hai hamba! Manakala negkau telah melihat Ku, maka apapun selain Ku (Assiwa) kesemuanya itu adalah merupakan suatu dosa.

67.         Hai hamba! Aku telah mencintaimu, lalu Aku bermaqam di dlam makrifatmu terhadap segala sesuatu; lalu engkau mengenal Ku demi segala sesuatu dan mengingkari segala sesuatu.

Hai hamba! Bila engkau telah melihatKu, maka hendaklah engkau berada di dalam kegaiban laksana jembatan yang menjadi tempat lalu lintas segala sesuautu tanpa hentinya.

68.         Hai hamba! Perselisihan itu disebabkan oelhe pertentangan kebalikannya *Adh dhiddah), sedangkan melihat pada Ku, tiada satu pun pertentangan maupun perlawanan.

69.         Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku, sangat Aku rindukan padamu untuk datang menjumpai Ku diantara kedua tangan Ku. Maka sekali-kali tidaklah Aku maqamkan engkau dengan selain Ku.

70.         Hai hamba! Puncak kemanjaan Ku padamu ialah, bahwa Aku bertutur kata, yang mana dengan Firman Ku, Aku perintahkan padamu untuk mengulang baca”. Yang dimaksud adalah (QS. Al Isra’ 17:111).

71.         Hai hamba! Akulah yang membangkitkan keinginan-keinginan, cita-cita, maka bila engkai didatangi olehnya, hendaklah engkau ucapkan : “Ya Tuhan! Selamatkanlah kami dari utusan-utusan Mu”.

72.         Hai hamba! “Apabila Aku menjadi terang-cemerlang bagimu, nicaya akan putus segala sebab musabab, dan apabila engkau telah melihat Ku, niscaya akan putus segala nisbah.

73.         Aku telah menguji engkau antara ilmu Ku dan ilmumu, dan Ku uji pula antara hukum Ku dan hukummu.

74.         Pengetahuan-pengetahuan yang bersumber dari selain Ku, dapat diingkari oleh pengetahuan-pengetahuan yang berasal daripada Ku.

75.         Ucapan segala sesuatu merupakan hijabnya, apabila berkata, maka segala sesuatu terhijab oleh ucapannya sendiri.

76.         Makrifat yang bersikap diam dapat menghukum, dan makrifat yang berbicara dapat menyeru.

77.         Aku lebih dekat dari apa yang dirasakan dengan ilmu pengetahuan, dan Aku lebih jauh untuk dicapai dengan ilmu penegetahuan.

78.         Aku ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia pun mengajukan pertanyaan : Apakah engkau melihat selain Ku? Kujawab : Tidak....... Lalu ia berkata pula : Sekali-kali tiadalah engkau dapat melihat Ku melainkan di antara kedua tangan Ku.  Inilah dia! Engkau menyingkir dan melihat kepada selain Ku, niscaya engkau tidak akan melihat Ku lagi....... Bila engkau melihatnya (selain Ku), maka janganlah engkau mengingkari dia; Jagalah wasiat Ku baik-baik, jangan sampai hilang karena bila hilang, kafirlah kamu... Jika dia berkata padamu dengan sebutan kata “AKU” maka hendaknya engkau mempercayainya, maka sesungguhnya Aku telah membenarkan; Dan bila dia mengatakan padamu kata “dia” maka hendaknya engkau mendustakan dia, karena Aku telah mendustakan dia.

79.         Telah terungkaplah bagiku wajah segala wajah, kesemuanya kulihat saling bergantung kepada wajah Nya; kulihat pula jasad, maka kesemuanya bergantung pada titah Nya, baik perintah maupun larangan Nya, lalu ia pun berkenan berkata kepadaku : “Pandanglah wajah Ku” lalu ku pandang.... lalu ia pun berkata lagi : “Bukan selain Ku”.... kujawab : “Bukan selain Mu”.... Lalu katanya lagi : ‘Lihatlh wajahmu sendiri” Lalu kulihat wajahku ..... Ia pun berlanjut lagi .... “Bukan lainmu!”.... maka kujawab : Bukan lainku..... maka iapun berkata lagi : “Engkau adalah seorang faqih, maka hendaklah engkau keluar!....... akupun keluar dan berusaha mendalami ilmu fiqih, telah sah bagiku “membalik mata”  (Qolbul ‘ain), maka akupun mengikuti dengan cara ilmu fiqih. Akupun datang kembali dengan membawa bekal ilmu ini, dan ia pun berkata : “Aku tidak mau melihatmu dengan berbekal bikinan *mashnu)...... (membalik mata ... itu adalah perkataan ... sesuatu yang dikatakan); bahwa mata sesuautu (ainusy syai’) atau mahiyatnya (apa yang ia nya) dan zatnya adalah mata Allah (‘ainullah), zat Allah (semata-mata) itu adalah suatu persoalan yang dibuat-buat (mulaffaq) sama dengan diada-adakan, yakni uraiannya tersusun dari huruf-huruf (talfieq) yang memutar balikan kebenaran. Hakikat itu jauh dari huruf dan jauh dari uraian huruf.... yang mungkin dapat diuraikan dalam maudhu, persoalan ini ialah “Bahwa zat dari segala sesuautu itu bergantung pada zat Allah, tetapi jangan salah tafsir bahwa itu adalah mata zat Ilahiat (zat Allah). Jika tidak maka kami dengan demikian telah membalikkan mata dan telah memalsu kebenaran (Al Haqiqat). Firman Allah, yang artinya : “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah, maka bila ia telah Ku bentuk dan Ku tiupkan dari sebagian roh Ku dalam dirinya, hendaklah kamu sujud kepadanya” (QS. Shad 38:71-72). Ruh anak Adam, adalah dari Ruh Alloh.... ia suatu tiupan dari ruh Alloh dan berkaitan dengan zat Allah..... tetapi sesungguhnya ia bukanlah ia..... karena zat Ilahiat tiada satu pun yang menyamai Nya (Laisa Kamitslihi Syai’un).

80.         Hai hamba! “Kepada kalian Ku sampaikan : “Andaikan benar-benar kalian telah melihat bahwa Dialah yang berkuasa menyempitkan dan melapangkan, tentu kalian akan cuci tangan dari nasab keturunanmu yang mulia itu.

81.         Hai hamba! Kehalusan Ku tiada bertara, Akulah yang meneguhkan apa-apa selain Ku (assiwa), maka lenyaplah apa-apa yang selain Ku.... Dan tiadalah tandingan keperkasaan Ku, maka segala keperkasaan-keperkasaan akan lenyap. Aku yang menyirnakan yang selain Ku dan apapun yang diperlihatkan olehnya”.

82.         Hai hamba! Akulah yang Dhahir, tiada dapat dicapai oleh penglihatan mata; dan Akulah yang Bathin yang tidak dapat dijangkau oleh prasangka apapun, dan Akulah yang Daim (terus menerus tanpa kesudahan) tidak dapat diberitakan oleh abad demi abad, dan Akulah yang tunggal, dan tidak dapat dimiripi oleh bilangan dan hitungan... Segala sesuatu akan ditutntut oleh asal mulanya. Dan Akulah Yang Satu, Yang Tunggal dan Yang Maha Esa.... Aku tidak berasal dari sesuatu. Lalu sesuatu itu akan berkhusus dengan Ku.

83.         Sekali-kali tidak sampai kemampuanmu untuk mencakup dan melingkupi sifat Ku, umpamakan saja keindahan (Al Jamal) ini adalah sifatKu, untuk Ku, dan kepunyaan Ku, karena Aku meliputi segala sesuatu.

84.         Semua ilmu pengetahuan ibarat lorong-lorong ... tiada jalan-jalan dan lorong-lorong yang sampai kepada makrifat. Makrifat itu adalah induk segala tujuan dan puncak segala kesudahan.... Bila engkau telah berada di maqam makrifat, maka akan terungkaplah pandangan tembus (Kasyaf) dan bagimu mata keyakinan (‘Ainul yaqin) terhadap pada Ku.. pada taraf ini--- gaiblah makrifatmu dan engkau pun gaib pula pada dirimu sendiri, inilah hukum makrifat yang berlaku .... Bila makrifatmu tidak dapat menghukum dirimu, maka Akulah yang tampil menjadi hakim. Sapaimu di taraf ini berarti engkau sudah mencapai puncak ilmu, dan diwajibkan pdamu agar engkau berbicara sambil menunggu ijin Ku, maka dengan bicaramu itu engkau akan menyaksikan murka Ku, manakala engkau diam, maka hilang pula murka Ku, bila engkau bicara... makrifat itu selalu disebut dalam Al Kitab... Kedudukannya lebih tinggi, baik nilai maupun martabatnya dari ilmu pengetahuan, karena makrifat itu adalah hasil pencapaian terhadap hakikat-hakikat yang menyeluruh, sedang ilmu pengetahuan itu adalah pencapaian terhadap persoalan-persoalan yang terbagi-bagi bidangnya. Mengenai “penyaksian” jauh lebih tinggi dari keduanya, karena penyaksian itu adalah hasil dari kebulatan tekad yang disertai dengan usaha yang gigih terhadap kebenaran, dengan ikut sertanya upaya hati dan pengalaman, maka itulah yang menghasilkan penyaksian, dan penyaksian itu adalah setinggi-tingginya keyakinan.

85.         Bagiku.... bahwa memohon keridhaan Nya itu adalah merupakan kemaksiatan pada Nya, kemudian ia berkata kepadaku : “Hendaklah engkau taat kepada Ku”, Lalu engkau merasa telah menaati Nya, maka yang demikian engkau sudah bohong besar, Ia pun melanjutkan L “Engkau tidak mentaati Ku, tida pula Aku diaati oleh sesuatu pun” .... Baru kalilah aku melihat ke Esaan yang sebenar-benarnya. Arti ayat : Kepunyaan Nya jua bahtera-bahtera yang berlayar di lautan dengan layar-layar yang tinggi menjulang )QS. Ar Rahman 55:25). Perhatikan ayat tersebut di atas, bahwa Allah menyatakan jika bahtera-bahtera itu adalah milik Nya, sekalipun milik kita pada lahirnya; Dialah yang membina, sekalipun pada lahirnya kita yang membuat. Ingat renungkan! Kita membina dengan ilmu Nya, dengan pengetahuan Nya, peraturan-peraturan Nya, serta ilham Nya, begitu pula halnya dengan taat, tiada Ia ditaati oleh siapa yang menaatiNya, melainkan ketaatannya adalah kemurahan Nya... Inilah Tauhid itu.

86.         Aku telah ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia berkata kepada ku : “Aku tiada rela engkau menjadi utuk sesuatu, dan tidak pula rela jika semua itu menjadi untukmu... Ku sucikan engkau, Aku bertasbih padamu. Maka janganlah engkau mentasbihkan Ku. Aku yang membuatmu! Bagaimana engkau dapat mensucikan Ku?

87.         Jangan engkau duduk di atas jamban-jamban, engkau akan dikerumuni anjing-anjing dan akan saling menggonggong padamu, hendaklah engkau duduk di atas mahligai yang kukuh kuat, di suatu tempat yang pintu-pintunya tertutup rapat, dan jangan ada yang menyertaimu; Jangan menghiraukan apapun, baik sianr matahari ataupun kicauan burung-burung, maka tutuplah wajah dan telingamu, karena sesungguhnya bila engkau memandang selain Ku; niscaya engkau akan menyembahnya, dan jika engkau yang dipandang oleh sesuatu, maka engkaulah yang akan disembah.

88.         “ Kulihat segala mata terbelalak memandang kepada Nya, tetapi apa yang dilihat? Segala sesuatu yang terpandang menjadi hijab belaka. Tundukan kepalamu ke bawah, dan lihatlah ke dalam, niscaya terlihat.

89.         Hamba-hamba sahaya berada di dalam surga, sedangkan orang-orang merdeka berada di neraka.

90.         Bila tiada kaan bagimu untuk kau ajak duduk bersama, maka Akulah yang menyertaimu.

91.         Engkau pasti akan mati, tetapi tidak demikian dengan ingatan Ku padamu.

92.         Perhitunganmu meleset, berarti salah dan kesalahan itu berarti tidak benar.

93.         Di antara makhluk-makhluk Tuhan, ada di antaranya yang seakan-akan tidak layak menjadi makhluk sama sekali.

94.         Engkau didalam segala hal, ibarat baunya baju dengan baju.

-                      Engkau ibarat arti makna seluruh alam semesta;
-                      Engkau bagaikan kitab yang menghimpun sedangkan alam semesta merupakan lembaran-lembaran halamannya.

95.         Aku ini sangat cemburu padamu, dari sebab itu Aku membuat beberapa larangan untukmu.

96.         Katakanlah kepada orang yang risau hatinya daripada Ku, bahwa kerisauan itu berpangkal dari dirimu sendiri; karena Aku lebih baik untukmu dari segala sesuatu.

97.         Bila engkau melihat Ku di dalam dirimu, sebagaimana engkau melihat Ku di dalam segala sesuatu, niscaya berkuranglah cintamu terhadap dunia.

98.         Aku dengan sesuatu tidak akan berhimpun, begitu pula engkau tiak akan berhimpun dengan sesuatu.

99.         Hidup yang manakah untukmu di dunia ini setelah Aku bernyata :

-                      Hari kematian itu adalah hari penyatuan, dan
-                      Hari yang kekal abadi itu adalah hari kesenangan.

100.      Aku telah menggodamu dengan tidak adanya kepercayaanmu sepenuhnya pada umurmu.

101.      Antara Ku dan antara mu tidak dapat diketahui. Guna apa lagi dituntut.

102.      Aku ditegakkan berdiri di dalam sifat “Ketunggalan” (Al Wahdaniah), lalu ia pun berkata kepdaku : “Telah Ku jadikan nyata segala sesuatu saling menunjuk kepada Ku; dan mengungkapkan perihal Ku. Sebagaimana Aku menjadikannya di saat yang bersamaan, memanggil kepada dirinya dan menghijab daripada Ku; maka nasib setiap insan yang dikarenakan penghijab-penghijab itu seakan-akan menggantungkan dirinya pada penghijab-penghijab itu. Zikir Ku, Ku khususkan terhadap setiap yang Ku jadikan nyata, dan zikir Ku adalah pengungkap semisal hijab juga... “Bila Aku bernyata tiadalah engkau akan melihat apapun di sekelilingmu lagi”

103.      Hendaknya engkau katakan : “Ilahy! Jangan kiranya Engkau biarkan diriku diporak-porandakan huruf di dalam makrifatku kepada Mu.

104.      Masih jugkah menyusahkan dirimu, dari segala apa yang datangnya daripadamu? Maka hal ini akan u ampuni. Jangan kiranya ada yang menyusahkan dirimu. Segala apa yang datang daripadaku yang menyusahkan dirimu akan Ku palingkan semua. Bila engkau sanggup melakukan apa yang Ku haruskan padamu mengatasi keduanya ini, niscaya engkau menjadi seorang Wali.

105.      Bila engkau bukan dari ahli Hadirat (yang selalu bersama Allah), tentu saja khatir (lintasan hati) itu akan selalu mendatangimu dan semua siwa itu merupakan khatir; dan tidak akan memberi manfaat malinkan berupa ilmu, dan ilmu itu sifatnya selalu bertentangan satu sama lain. Maka untuk menyelamatkan dari pertentangan diperlukan perjuangan. Engkau tidak akan sanggup melakukan perjuangan tanpa Aku, dan tidak pula ilmu kecuali dengan Ku, Hendaknya engkau berdiri bersama Ku, maka dengan demikian barulah engkau menjadi ahli Hadirat Ku.

106.      Aku dihentikan di dalam “ikhtiar” lalu ia berkata : “Kalian akan menderita sakit” dan dokter akan selalu rajin menjenguk di waktu pagi dan petang, kata-kata yang diucapkan para dokter itu adalah kata-kata Ku dan mereka mengimani ilmu kedokteran, tetapi tidak beriman kepada Ku; Si penderita pun patuh kepada dokter dan menurut berpantang makan, tetapi tidak berpuasa untuk Ku.

107.      Sudah layak jika Aku “memperkenalkan diri” kepadamu dengan bala (ujian dan cobaan) Aku tidak akan lenyap dan bala itu berasal daripada Ku.. Pengalamanmu terhadap bala itu berasal daripada Ku... pengenalanmu terhadap bala menjadi bala pula ... dan tiada seorang pun dapat melarikan diri dari bala, karena bala itu daripada Ku”.

108.      Aku dihentikan dalam “Perjanjian” dalam keadaan tegak berdiri, Ia pun berkenan bertutur kara padaku :

-                      Keluarkan dosamu demi ampunan Ku.
-                      Lemparkan kebaikanmu demi karunia Ku.
-                      Tanggalkan ilmu mu demi ilmu Ku.
-                      Singkirkan makrifatmu demi makrifat Ku.
-                      Tegaklah berdiri bersama Ku saja.
Bila engkau tetap saja berdiri, maka segala sesuatu akan mengarahkan dayanya dan menarik-narik padamu serta menghijab mu.
-                      Berada di sisi Ku
Maka aku akan bersamamu. Akulah yang akan menghadapi rintangan dan halangan.

109.      Bermula adalah tahap penyaksian (Al musyahadah) dengan menafikan khatir (lintasan hati) kemudian menafikan makrifat, lalu menafikan dirinya sendiri yang bermakrifat, terakhir menafikan “aku” (Al ana).

110.      Tolonglah Daku! Niscaya engkau menjadi kawan Ku. Bila Aku sudi engkau kawani, maka Ku berikan padamu kekuatan dan pertolongan Ku, Dan Ku beri ilmu dari ilmu Ku.

111.      Engkau mempelajari ilmu itu untuk bermegah-megahan di hadapan para ulama dan untuk berdebat dengan para jahil, dan untuk engkau jadikan bahan musyawarah, rapat maupun muktamar, dan.... untuk mengeruk keuntungan duniawi... neraka... neraka!.

112.      Bila engkau telah keluar dari tabiatmu, keluar dari sifatmu, keluar dari amalmu dan keluar dari ilmumu, maka keluar pulalah engkau dari namamu; Dan bila engkau sudah keluar dari namamu, jatuhlah engkau ke dalam nama Ku. Bila engkau telah jatuh ke dalam nama Ku, akan terlihatlah padamu tanda-tanda pengingkaran, dan segala sesuatu itu akan  serentak mengadakan perlawanan kepdamu berupa fitnah dan engkaupun memunafikan setiap khatir hatimu... Nah! Sekarang setiap yang melawanmu akan berhadapan dengan Ku!.

113.      Hendaklah engkau meneliti dan melihat dengan apa engkau memperoleh ketenangan, maka sesungguhnya tempat tidurmu adalah kuburan.

114.      Di antara ilmu-ilmu pendekatan (Al Qurb) hendaklah engkau ketahui bagaimana Aku berhijab dengan suatu sifat yang engkau kenali.

115.      Barang siapa berdiri di maqam makrifat, kemudian ia keluar, sedang ia sudah mengetahui keberhasilannya mendekati Aku, dan ia tetap tinggal di luar, akan kunyalakan api untuknya seorang diri.

116.      Di antara ilmu-ilmu yang dapat dijangkau mata, pada satu saat akan engkau lihat ilmu-ilmu itu akan bungkam di dalam kelemahannya; tetapi lain halnya dengan ilmu-ilmu hijab, maka ia tetap akan lancar berbicara.

117.      Sifat-sifat yang dapat diungkap oleh tutur kata adalah sifat-sifatmu, dalam arti dan makna, tetapi sifat-sifat Ku yang tidak dapat diungkap dengan tutur kata bukanlah sifat-sifatmu dan tidak juga dari sifat-sifatmu.
Bila Aku berbicara padamu dengan ucapan dan ibarat, tiada wewenang hukum memberikan kunci pembuka; karena ibarat dan ucapan itu berbalik kepada dirimu sendiri. Adapun bila Aku berbicara kepadamu tanpa ibarat, niscaya batu-batu dan bata-bata akan bicara padamu. Dan engkau dalam kedudukan ini tinggal berkata “Jadilah” maka “jadi”

118.      Ibaarat dan ucapan itu adalah rangkaian huruf, dan tidaklah huruf itu mempunyai wewenang hukum apapun. Perkenalan Ku kepadamu melalui ibarat dan tutur kata adalah persiapan untuk perkenalan yang tidak seisertai ibarat. Pemikiran-pemikiran itu melaui huruf, dan lintasan-lintasan hati itu dari pemikiran, tetapi ingatan kepada Ku yang murni adalah terpisah di balik huruf dan pemikiran.

119.      Yang nanti akan engkau temui di dalam kematianmu, ialah apa yang engkau alami di kala hidupmu kini : Arti Ayat : “Barangsiapa selagi di dunia ini buta, maka kelak di akhiratpun akan buta dan lebih sesat jalannya” (QS. Al Isra 17:72).

120.      Jangan menanyakan tentang makrifat Ku, dan jangan menanyakan tentang AKU. Hendaklah engkau ketahui, bahwa tiadalah Aku diserupai oleh sesuatu pun (Laisa Kamitslihi Syai’un).

121.      Jangan dihiraukan penaggilan selain panggilan Ku, sekalipun ia memanggilmu berdalih ayat-ayat Ku. Jangan engkau hadiri sekalipun ia datang mengundangmu dengan ayat-ayat Ku; karena sesungguhnya, segala sesuatu itu Aku ciptakan memanggil pada diri masing-masing dan menghijab daripada Ku.

122.      Bulatkan tekadmu! Keraskan kemampuanmu paa Ku! Dengan Ku engkau akan kekal, dan putuslah engkau darpadamu : Arti Ayat : Dan kepada Tuhanmulah hendaklah engkau pusatkan kemauanmu (QS. Al Inssyirakh 94:8).

123.      Jika engkau serang hatimu, dan hatimu tidak membalas menyerang, maka engkau benar-benar tergolong dari para arifin.

124.      Bagaimana para arifin tidak sedih sedangkan mereka melihat Aku meneropong perbuatan buruknya dan Ku katakan : “Jadilah gambar agar dilihat oleh pembuatnya”. Dan juga Ku katakan kepada perbuatan baiknya : “Jadilah lukisan agar dilihat oleh pelukisnya”

125.      Timbanglah makrifatmu sebagaimana engkau menimbang penyesalanmu.

126.      Hati orang arif melihat keabadian, sedangkan matanya melihat ketentuan waktu.

127.      Katakan kepada para arifin! : “hendaklah kalian mendengar bukan hanya untuk mengenal saja; Hendaklah kalian diam, dan bukan hanya untuk mengenal melulu!; Sesungguhnya Ia mengenalkan diri Nya padamu sebagaimana engkau bermaqam di sisi Nya.

128.      Katakanlah kepada hati orang-orang arif : Janganlah kalian keluar dari keadaan kalian, sekalipun kalian sudah memberi petunjuk kepada siapa yang sesat. Apakah kalian menghendaki kesesatan daripada Ku, lalu memberi petunjuk kepada Ku??

129.      Katakanlah “Ilahy” Aku memohon kepada Mu, dengan Engkau!.... sekedar kesanggupan suatu permohonan, aku bermunajat dengan Mu, kepada kemurahan Mu!

130.      Wahai yang saling berselisih! Janganlah engkau mengharapkan (memperoleh) petunjuk dari yang saling berselisih; Bila ia memberi petunjuk padamu, niscaya engkau akan berhimpun bersamanya dan memadu satu tujuan; Dan bila ia tidak memberi petunjuk padamu niscaya engkau akan berserakan terpecah belah, karena engkau mengikuti perselisihan yang datang dari segalajurusan.

131.      Masih ketinggalan satu ilmu, berarti masih tinggal satu bahaya; masih tersisa tambatan hati, berarti masih ditunggu satu bahaya; masih kurang lengkap suatu akal pikiran, berarti masih ada bahaya yang menanti; masih ada suatu kemauan keras atau kepiluan, berarti masih diintai bahaya.

132.      Huruf itu adalah satu penjuru dari beberapa penjuru iblis;

133.      Sesungguhnya engkau sudah melihat keabadian, dan tiadalah keabadian itu dapat diuraikan dan diibaratkan.

·                     Keabadian itu adalah satu sifat dari sifat-sifat Ku.
·                     Keabadian itu telah bertasbih (mensucikan) demi untuk Ku.
Dari tasbihnya, maka Ku ciptakan malam dan siang, dan keadaannya bagaikan tirai penutup yang membentang bagi setiap hati dan segala rahasia-rahasia. Lalu Ku pilih engkau, tirai siang Ku buka dan tabir malam Ku singkap supaya engkau dapat melihat Ku.

Kuberikan padamu daya, agar engkau mampu melihat terbelahnya langit, dan memandang bagaimana Ku turunkan perintah Ku yang datangnya dari sisi Ku, laksana tibanya siang dan datangnya malam”.

134.      Engkau telah mengenal Ku, dan mengenal ayat-ayat Ku. Barangsiapa yang telah mengenal ayat-ayat Ku, maka ia pun telah bebas lepas dari tanggungan alasan apapun. Bila engkau sedang duduk, jadikanlah ayat-ayat Ku berdiri di sekatarmu; dan jangan keluar jika engkau keluar, keluar pulalah engkau dari benteng Ku. (Yang dimaksud dengan ayat adalah kamimat Tauhid).

135.      Adab sopan santun para wali-wali itu, ialah mereka tiada mengurusi sesuatu dengan kemauan keras, sekalipun mereka mengetahui dengan tinjauan akal dan budi luhurnya.

136.      Bila engkau di datangi oleh panggilan hatimudan engkau lengah tiada melihat Ku, maka sesungguhnya engkau sudah dilambai oleh lidah api Ku, maka sebagaimana yang dilakukan oleh para wali-wali Ku (orang-orang yang beriman dan bertakwa) niscaya akan Ku perlakukan terhadap padamu sebagaimana layaknya Aku memperlakukan para wali Ku, maka katakanlah :
YA Allah! Inilah malapetaka uji cobaan Mu! Maka ku harapkan kelembutan Mu, terhadap padaku, dan limpahkanlah kasi sayang Mu, padaku”.

137.      Orang yang berdiri di hadirat Ku, melihat makrifat itu baikan arca-arca, dan melihat ilmu bagaikan azlam (anak panah peramal nasib).

138.      Ilmu yang mantap tak berbeda dengan kejahilan yang mantap.

139.      Pembersih tubuh adalah air, dan pembersih hati adalah menundukan pandangan dari siwa....... Ketahuilah! Bahwa hati yang tertambat pada siwa adalah najis, dapat disucikan hanya dengan tobat.

140.      Hai hamba! Ynag membuat siwa hingga dapat nyata adalah Kau; yang memperlakukan dan yang menggerakan adalah Aku; dia dtang dan pergi dikarenakan Aku. “Tinggalkan dia! “Tetaplah di sisi Ku”, Kalau tidak! Maka tidak pula aku memilihmu.... Siwa adalah tempat pertentangan, yang berlawanan, yang berserakan, berbilang-bilang, bercerai berai..... Hanya Aku lah Yang Tunggal tanpa lawan tanpa tantangan.

141.      Hai hamaba! Janganlah engkau menjadikan Aku sebagai utusanmu kepada sesuatu, maka sesuatu itu kana menjadi Tuhna layaknya. Jika sampai terjadi yang demikian, maka engkau akan ku tulis dari golongan orang-orang yang berbuat olok-olok pada Ku disertai pengetahun.

142.      Hai hamba! Hendaklah engkau menghentikan “kemauan keras” mu di kala engkau berada di antara kedua tangan Ku. Bila engkau dapati di anataranya (kemauan kerasmu) dan antara Ku selain Ku, maka lemparkanlah dia (siwa) dengan penglihatanmu kepada Ku dari balik belakangnya (siwa). Kalau dia (siwa) masih tetap ada, maka tatapkan wajahmu kepada Ku, niscaya engkau melihat bagaimana Ku jadikan dia (siwa), maka ssampaimu di sini tidaklah akan Ku katakan lagi “Ambilah” atau “tinggalkanlah”.

143.      Pelhralah baik-baik keadaan halmu agar dengan “kemauan keras” mu engkau memandang Ku. Jangan hendaknya “kemauan keras”mu engkau pandang dalam kemauan kerasmu, hal yang demikian membuatmu berpandangan kepada dua larangan dan dua perintah, dan engkau sendiri berada di bawah dua Pemerintahan.

144.      Hai hamba! Bila engkau berdiri untuk melakukan shalat, maka hendaklah engkau jadikan segala sesuatu berada di bawah kedua telapan kakimu.

145.      Hai hamba! Hendaklah engkau berlindung kepada Ku dari selain Ku, sekalipun selain Ku itu mendatangimu dengan keridaan Ku.

146.      Selama masih ada sesuatu di antara Ku dan antaramu, maka engkau adalah hamba dari sesuatu itu.

147.      Hai hamba! Pilihlah Aku! Aku terbitkan atasmu segala sesuatu dengan kekayaan yang tiada lagi engkau berhajat apapun lagi; dan jangan selain Ku yang menjadi pilihanmu, maka Aku pun akan gaib. Kemalangan apa yang akan menimpamu? Halangan apa yang akan menghadangmu?? Itulah bila aku gaib... engkau akan terperosok ke lembah hina, dirimu menjadi rendah dalam perhambaan dan kejahatan terhadap pada sesuatu.

148.      Hai hamba! Jika pembagian itu telah terangkat, akan menjadikan sama, tiada perbedaan yang menyedihkan  dan yang menggembirakan (yakni bila terangkat hijab) yang memisahkan engkau daripada Ku, niscaya semeua siwa tiada bernilai lagi, baik yang menyedihkan maupun yang menyenangkan.

149.      Pengenalan akan nama Allah Yang Maha Agung (Ismullahi Al A’dham) adalah pertama-tamanya fitnah. Bila Aku meniadakan daripadamu tuntutan yang diajukan nama itu, maka lenyap pulalah tuntutan lawan nama itu.

150.      Aku adalah lebih baik bagimu dari dirimu sendiri; bila engkau lalai Aku yang mengingatkanmu; bila engkau berpaling Akulah yang mendatangimu; Seakan-akan Aku membuat bangunan indah anggun penuh kemuliaan karena ingatan Ku padamu atau merasa senang bersamamu tanpa kegelisaha... Akulah Yang Maha Kaya, tiada memerlukan daripadamu dan daripada segala sesuatu.

151.      Bila engkau telah melihat Ku di balik sesuatu, lalu engkau mendurhakai Ku, maka durhakamu itu adalah atas kesadaran. Barangsiapa mendurhakai Ku atas kesadaran, maka berarti telah memerangi Ku.

Aku sediakan bagi yang mendurhakai Ku suatu alasan dan..
Aku sediakan pula bagi yang berperang dengan Ku suatu medan peperangan, dimana akan Ku biarkan baik engkau maupun yang dengannya engkau memerangi Ku....
Dan perlindungan Ku datang dari arah belakang, yang mana Aku akan mencerai-beraikanmu; Jika Aku mencerai-beraikanmu berarti engkau akan Ku lenyapkan.

152.      Ilmu yang menunjuk pada Ku, adalah laksana lorong yang menuju pada Ku... Ilmu yang tidak menuju pada Ku, ialah suatu hijab yang menggoda.

153.      Tidak akan sampai panggilanmu di belakang hijab, kecuali dengan menyingkirkan hijab itu; yang demikian adalah keharusan bagi setiap peerkenalan Ku terhadap siapa yang telah melihat Ku.

154.      Aku telah bersumpah atas diri Ku sendiri, bahwa tiadalah meninggalkan barangsiapa yang meninggalkan sesuatu demi untuk Ku; melainkan akan Ku berikan padanya ganti yang lebih baik dari apa yang ditinggalkan itu.

155.      Hai hamba! Mengapa pikiranmu bersimpang siur, den mengapa duka citamu engkau simpan bermalam hingga sampai pagi belum juga terlepas daripadamu.... Engkau adalah wali Ku, dan Aku lebih utama bagimu, serahkan saja kepda Ku “Zat rahasiamu” maka Akulah yang menghadapi segala kesimpang siuran dan Aku lebih mengetahui daripadamu. Sebagian sifat dari seorang wali ialah : Tiadanya merasa heran atas sesuatu dan berpantang meminta apapun. Bagaimana tidak demikian dia sudah melihat Ku – apa yang layak diherankan lagi sedang ia melihat Allah, dan apa yang akan diminta? Sedang ia melihat Allah.

156.      Sesungguhnya mereka yang bangun di malam hari, ialah mereka yang menuju pada Ku, bukan untuk wirid yang ditentukan maupun bacaan yang dipahami... di sanalah .... Ku sambut kedatangannya dengan wajah Ku, maka ia pun berdiri dengan Qoyyumiati (berdiri Ku sendiri) tiada pinta dan tiada apapun yang diajukan pada Ku. Bila Aku hendak bicara padanya, akan Ku laksanakan; bila Aku hendak memberi pengertian, Ku tanamkan pengertian. Hai hamba! Ahli wirid manakala telah sampai ke tujuannya, mereka akan berhenti dan menyingkir, dan ahli juzu’ (membaca Al Qur’an yang sudah sampai pada batasnya) setelah dipelajari, juga akan berhenti dan menyingkir. Tidak demikian halnya dengan dengan “Ahli Ku” karena baginya “tiada batas lagi” Maka, bagaimanakah mereka akan menyingkir?

157.      Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku, lalu engkau menetap dalam suasana “melihat Ku”, maka akan Ku tuanggkan malapetaka guna mengujimu, dan Ku berikan keteguhan hati padamu agar kau tetap tinggal dalam maqammu.... tetapi bila engkau lepas dari “melihat Ku” maka Ku timpa padamu sebagian dari malapetaka dan Aku lemahkan engkau untuk menghadapinya, lalu engkau akan mengalami rasa “menjauh” karena kelemahanmu Ku gerakan engkau berhasrat untuk memohon pertolongan pada Ku, maka kasih sayang Ku akan menarikmu dan mengangkatmu kembali ke maqam “melihat Ku”

158.      Hai hamba! Ketahuilah benar-benar bahwa segala sesuatu itu adalah milik Ku, maka janganlah engkau mencoba-coba merebut kepunyaan Ku.

159.      Hai hamba! Hendaklah lesanmu senada denngan suara hatimu, dimana Aku bernyata dalam hatimu... jika tidak, maka Aku akan berhijab daripadamu dengan dirimu.... resapilah nasihat Ku ini ke seluruh jangatmu dan dalamilah hingga ke tulang belulangmu.

160.      Hai hamba! Bila engkau telah mengenal keabadian, maka engkau telah melihat satu sifat As Shumud. (Ash Shumud ialah tempat bergantung pada Yang Maha Kekal, dan tempat meminta dari yang bergantung pada Nya segala sesuatu, baik yang dimaksud maupun yang disengaja ataupun yang dituju yang kekal tanpa kesudahan).

161.      Hai hamba! Apa yang telah Ku ungkapkan bagimu tentang keabadian, Ku iringi pula dengan penutup kepadamu tentang hukum-hukum manusiawi sesuai dengan apa yang telah Ku-ungkapkan untukmu itu.

162.      Hai hamba! Jika malam harimu engkau khusukan untuk Ku, dan siang harimu engkau gunakan untuk ilmu Ku, maka engkau akan menjadi seorang besar dari pembesar-pembesar para hamba Ku.

163.      Pangkal keteguhan dan kekuatan itu ialah : “Meninggalkan larangan”.
164.      Makin luasnya penglihatan, makin menyempitnya ibarat.

165.      Barangsaiapa yang selalu ingat pada Ku dan sudah terbiasa serta menjadi tabiatnya pula, maka berarti ia telah membuat suatu perjanjian di sisi Ku guna keselamatan dirinya.

166.      Mereka yang membenarkan Aku dengan kegaiban dan beriman pada Ku tanpa melihat Ku, maka Aku akan menyertainya pada hari dihimpun, dan akan Ku kawani di dalam suasana yang mengerikan, dan Ku kirim kepadanya keteguhan dalam menghadapi kegoncangan, lalu akan Ku teguhkan atas apa pun yang dialami, sebagaimana mereka telah mengawani Aku di balik tirai penutup itu.

167.      Hai hamba! Jangan hendaknya engkau menjadi orang yang terhijab hanya karena apa yang cocok dengan seleramu atau dengan kemampuan.

168.      Hai hamba! Siapa yang mengenal Ku dengan Ku, berarti mengenal dengan satu perkenalan yang tidak dapat diingkari lagi kemudian hari sama sekali.

169.      Hai hamba! Aku tidak dapat dikenal oleh siapapun tanpa Aku memperkenalkan diri Ku padanya.

170.      Hai hamba! Bila engkau melihat Aku menyingkirkan siwa daripadamu, tetap Aku tidak menyingkirkan engkau daripadanya; maka halmu yang demikian tanyakan kepada orang yang alim dan bahkan kepada yang jahil sekalipun tentang Ku, maka engkau akan melalui jalan yang aman dan jalan berbahaya. Hai hamba! Bila engkau melihat Aku menyingkirkan siwa daripadamu, sedang Aku tidak menyingkirkan engkau daripadanya, maka cepat-cepatlah engkau lari kepada Ku dari fitnah Ku sambil memohon perlindungan Ku daripada makar Ku.

171.      Aku ibarat tamu bagi kekasih-kekasih Ku yang mulia, bila mereka menjumpai Ku segera membeberkan rahasia-rahasianya dan dengan penuh khidmat menguraikan ikhtiarnya kepada Ku.

172.      Tidak berlaku atasmu hukum di dalam tidurmu, melainkan apa yang telah mengiringi engkau dengan tidurmu, dan tidak lupa berlaku atasmu hukum di dalam kematianmu, melainkan apa yang telah mengiringi engkau dengan kematianmu.

173.      Bila Aku tidak gaib dikala engkau makan, niscaya Ku putuskan agar engkau tidak lagi berpayah-payah untuk mencari makan.

174.      Hamba Ku yang berada di dalam “Hadirat Ku” ia dapat melihat “nama” itu tidak memiliki kekuatan hukum apapun selain Ku .... itulah maqam yang mengejutkan (Al Buhut) maqam terakhir, yang mana semua hati berhenti di situ.

175.      Bila engkau menafikan “nam” (al ism), maka tibalah engkau pada “wusul” artinya : telah sampai .... Bila tiada terlintas padamu “nam”, maka tibalah engkau pada “ittisal” artinya : hubungan.... Bila engkau dalam “hubungan”, maka engkaupun “Berkehendak dan berkemauan” seakan-akan engkau menafikan “nam” itu, dan tidak lagi terlintas “nam” itu; disebebkan karena sangatnya tarikan kuat (Al Wajdu Bilmusamma) dari yang dinamai.... Itulah tingkat yang tinggi, derajat paling atas tentang kecintaan terhadap Zat Ilahiat.

176.      Engkau yang hilang dalam kelenyapan, dan Aku lah yang mendapati dan menemukan, cukup kiranya engkau untuk Ku......

177.      Engkau yang dicari dan Aku lah yang menemukan; Akulah yang dicari dan engkau yang menemukan. Bukan dari kita siapa yang gaib!

-                      Bila selain Ku yang engkau temukan, semoga engkau memenangkan peperangan.
-                      Bila Aku yang engkau temukan, engkaupun akan bingung tanpa bersama Ku, dan akan terheran-heran kecuali di sisi Ku.

178.      Jika engkau tidak melihat Ku, janganlah engkau meninggalkan nama Ku.
-                      Bila engkau tidak melihat Ku di balik dua tantangan dengan sekaligus, maka engkau tidak akan mengenal Ku.
-                      Bila engkau sudah tidak dapat melihat Ku ditambah pula dengan kelengahan, maka itulah puncak hawa nafsu.
-                      Aku tidaklah berkesudahan hingga dapat dilihat di balik segala sesuatu.

179.      Perjuangan pertama menuju pada Ku, hendaknya engkau memandang pada Ku tanpa berkedip sekejap pun.

180.      Hendaklah engkau mengatasi urusan dan persoalanmu dengan penuh rasa takut, niscaya Aku teguhkan hatimu dengan kemauan kerasmu; Jangan hendaknya engkau mengatasi dengan harapan dan angan-angan, niscaya akan Ku bongkar manakala sudah hampir mencapai penyelesaian.

181.      Bila selain Ku yang engkau jadikan penuntunmu, niscaya engkau syirik kepada Ku, maka hendaklah engkau lari ke arah ddua pelarian, satu pelarian ke arah langgananmu, dan satu pelarian dari tangan Ku.

182.      Bila engkau tidak melazimkan zikir... menyebut dan mengingat nama-nama Ku, sifat-sifat Ku dan pujian-pujian untuk Ku,  niscaya yang seharusnya zikir itu untuk Ku... berbalik pada dirimu sendiri, dari sifat Ku menjadi sifatmu.

183.      Nama itu memisahkan antara yang bernama dan yang dinamai, dan memisahkan pula antara yang dinamai dan arti nama itu sendiri.

184.      Lazimilah berbaik sangka, niscaya akan engkau lampaui hujat Ku (dalil Ku) dan barang siapa yang sudah melintasi hujat Ku, sampailah kepada Ku.

185.      Tengoklah kepada Ku, bagaimana Aku mencabut kemashgulanmu terhadap selain Ku.... sati di antara dua! Aku cemburu atasmu atau Ku campakan engkau!

186.      Sebelum perjuangan (mujahadah), mulailah terlebih dahulu menyingkirkan dengan “perjuangan”, maka Aku lah yang tampil dengan api kekerasan.... cintamu kepada siwa adalah siwa pula, dan api itupun siwa juga. Tugas api adalah membumbung naik menjulang ke atas hati, akan terlihatlah siwa dan apa yang daripadanya, saling bergabung dan berkaitan.

187.      Singkirkan alasan-alasanmu, niscaya terlihat olehmu Aku bertahta tanpa keraguan.

188.      Pencinta-pecinta Ku adalah mereka yang sudah tiak mempnyai pendapat lagi.

189.      Andaikan engkau bisa menjadi baik untuk sesuatu, niscaya tidaklah Aku menyatakan wajah Ku bagimu.

-                      Satu kebajikan berbanding sepuluh; Hal ini bagi orang yang tidak melihat wajah Ku; Tetapi bagi yang sudah melihat wajah Ku, satu kebajikan itu sendiri merupakan dosa. Kebaikan orang-orang yang berbakti adalah merupakan dosa bagi orang yang didekatkan.

190.      Bila siwa itu menjadi khatir yang tercela, niscaya runtuhlah surga dan neraka.
191.      Mohonlah ampunan Ku atas amal perbuatan hati, akan Ku teguhkan engkau dari berbolak-baliknya hatimu.
192.      Aku jadikan engkau jelek terhadap segala sesuatu, yang demikian agar engkau terhijab dari antaramu dan antara Nya; jangan dilobangi hijab itu untuk maksud perkenalan, bila terjadi yang demikian Ku kirim kepadamu kehina-dinaan.

193.      Al Wahdaniah (ketunggalan) adalah satu sifat dari sifat-sifat (Adz dzatiah)nya Zat.

194.      Benar itu ialah tidak berdustanya lisan.

-                      Ash Shidq – itu ialah larangan lisan untuk berdusta, dan Ash Shiddiqiah – adalah larangan bagi hati untuk berdusta.
-                      Kedustaan hati mengikat janji tanpa perbuatan.
-                      Pendustaan hati ialah mendengarkan pada kedustaan itu.
-                      Kedustaan hati adalah menginginkan keinginan-keinginan.
-                      Pendusta itu adalah bahasa yang menguraikan selain Ku, dan Al Haq dan Al Haqiqi adalah bahasa Ku.

195.      Hati yang sudah melihat Ku adalah bejana malapetaka.
196.      Aku telah bersumpah, bahwa tiadalah Aku didapati melainkan di dalam shalat; Aku yang menenggelamkan malam dan membentangkan siang.
197.      Bila engkau berdiri berhadap-hadapan di antara kedua tangan Ku, semua akan berteriak memanggilmu, maka waspadalah, jangan di dengar walau dengan hatimu, kalau engkau dengar, sama halnya engkau menerima panggilannya.
-                      Bila Ilm yang memanggilmu dengan himpunan segala macam isinya di waktu engkau melakukan shalat lalu engkau jawab dengan mengiakan, maka jelas engkau telah terpisah daripada Ku.

198.      Hai hamba! Hendaklah engkau keluar dari kemauan yang menjadi kepentingamu, niscaya engkau akan keluar di atas batasmu.

199.      Ia berkata kepadaku.. “ Di dalam surga itu segala apa yang mungkin terlintas dalan ingatan dan pemikiran... sedangkan kenyataannya kesemuanya itu jauh lebih bessar lagi, dan di dalam neraka itu juga segala apa yang mungkin terlintas dalam engatan dan pemikiran.... sedangkan kenyataannya kesemuanya itu jauh lebih besar lagi.

-                      Aku lah yang berada di balik kenikmatan surga itu.
-                      Andaikan kenikmatan surga itu telah mengenal Ku, niscaya ia akan putus dari menghidangkan kelezatan-kelezatannya.
-                      Barangsiapa yang telah mengenal kenikmatan memandang wajah Ku serta kenikmatan berada di Hadirat Ku, niscaya ia akan menyesali apa yang telah hilang selama berada dalam kelezatan surgawi, yang hanya kelezatan indra dan jasmani, dan ia akan rindu dan duka selama luput dari berpandangan kepada wajah Ku.

200.      Yang menjadi penghalangmu daripada Ku di dunia ini, itu jugalah yang akan menjadi penghalangmu di akhirat kelak.

201.      Hai hamba! Kawanilah Aku dengan sirmu (rahasia hatimu), niscaya Aku menemanimu dalam kehidupanmu!..... Kawanilah Aku dalam kesendirianmu! Niscaya Aku menemanimu dalam pergaulan.... Kawanilah Aku dalam khalwatmu! Niscaya Aku menemanimu dalam himpunanmu!.

202.      Hai hamba! Pemisah antara Ku dan antaramu adalah cintamu pada dirimu, maka enyakanlah dan jangan hendaknya menjadi hijab pnutup dirimu.

203.      Hai hamba! Telah syirik siapa yang dihentikan oleh tutur kata..... dan ikhlaslah barangsiapa yang dihentikan oleh yang bertutur kata.

204.      Ucapkanlah : “MAULAYA WAJJIHNI BIWAJHIKA LIWAJHIKA” “Wahai pelindung diriku, arahkanlah diriku dengan wajah Mu untuk menatap Zat Wajahmu”

205.      Hai hamba! Bila engkau bersandar kepada sesuatu, maka engkau akan berpegang teguh pada sandaranmu, berarti engkau telah berpegang teguh pada selain Ku; Dan akan Ku tulis engkau sebagai orang yang musyrik.

206.      Hai hamba! Telah Ku ciptakan segala sesuatu semuanya untukmu, sedangkan Aku jauh lebih dari segala sesuatu itu, Akulah yang mempunyai karunia-karunia itu, maka belakangilah sesuatu-sesuatu itu di punggungmu dan palingkanlah wajahmu menghadap pada Ku.