43.
KEMANA PANDANGAN ATAS PARA ARIFIN
Bila engkau melihat Ku, di dalam sesuatu kenikmatan, niscaya engkau tidak akan gaib daripada Ku di dlam selain Ku.
Dan apabila engkau tidak melihat Ku di dalam suatu kenikmatan itu atasmu.... Dan bila kenikmatan itu menang atasmu, niscaya segala sesuatu akan ikut juga memperoleh kemenangan dan bila engkau melihat Ku di dalamnya (kenikmatan), niscaya engkaulah yang menang atas segala sesuatu.
Engkau sama sekali tidak akan melihat Ku, baik di dlam kenikmatan maupun dalam malapetaka, sampai engkau melihat dalam keduanya adalah “perbutan Ku sendiri”.
Engkau tidak akan melihat suatu “Perbuatan Ku sendiri” hingga engkau tidak melihat sesuatu dari sebab dan hingga engkau selamat dari waham sebab (tidak engkau tersentuh dingin oleh penyebab dingin melainkan kesemuanya itu perbuatan Allah).
Aku tidak akan menyata sebelum Ku sirnakan “Kesenangan berpendapat dengan selain Ku” dan tidak Ku sirnakan sebelum Ku saksikan bahwa “ tiada hukum baginya” dan tiada Ku saksikan sebelum Ku angkat apa yang bergantung dengannya daripadamu.
Ia bertutur kepadaku : “Berdirilah dengan tegak di alam semesta ini dengan “Hukum pengetahuan” yang meniadakan alam semesta. Dengan demikian engkau Ku angkat dari “Hukum alam semesta”
YA Tuhan ku! Engkaulah yang menciptakan segala dan yang mengurus serta memimpinnya; Engkau Maha Mengetahui segala dan yang mengajarinya; Yang mengenal segala dan yang memperkenalkannya, kepada Mu semua akan kembali, dan daripada Mu musnah, dan dengan izin Mu dapat berdiri dan kepada Mu akan kembali dan dengan Mu akan tetap tegak.
Siapa kiranya dapat membawa untuk ku..
Seseorang kawan yang arif yang bijaksana
Yang berhenti bajak bak tabir hijab
Yang tiada diperbudak oleh siapa
Bukan abdi mata yang fatamorgana
Yang bila alam semesta membangun
Tiada terlihat bangunan melainkan kehancuran
Kehancuran yang di bangun di atas kehancuran
Kebinasaan yang di bangun di atas kebinasaan
Kemusnahan yang di bangun di atas kemusnahan
Kerobohan yang dibangun di atas kerobohan.
44.
SUATU PENGHENTIAN DIMANA HATI-HATI PARA ARIFIN DIBUAT TERHERAN-HERAN
Aku dihentikan berdiri tegak dalam keyakinan yang sebenarnya, lalu Ia berkata kepadaku : “Dalam keyakinan itu adalah sauatu rahasia, bila engkau telah mengenalnya, amak tida lagi Aku menjadi samar atasmu.
Bila Kau menyamar, niscaya penyamaran Ku akan menambah makrifat padamu, tetapi bagi mereka yang tidak mengenal rahasia keyakinan itu, pastilah menjadi pengingkaran. Sesungguhnya Aku lah Allah yang tidak dapat direka-reka oleh perkenalan pada Ku, dan tak dapat dimuat oleh hati-hati itu dengan sepenuh muatan makrifat kepada Ku. Bagi Ku ada suatu makrifat yang tunggal yang mana tiada Ku fitrahkan kepada hati seorang hamba dan tiak juga kepada para Malaikat.
Bila makrifat itu tiba, niscaya tiba pulalah pengingkaran, maka setiap orang Arif akan mengingkari segala apa yang telah dikenal.
Dan apabila telah tiba pengingkaran itu, maka ketahuilah bahwa Aku lah yang menyamar dengan makrifat Ku yang Tunggal itu, maka hendaklah engkau jangan menginggkari Daku dan jangan memohon suatu makrifat, yang dengannya engkau dapat mengenal Ku, dan katakanlah ... Engkau .... Engkau.... yang dapat memperkenalkan diri Mu sebagai yang Engkau kehendaki, dan menyamar menurut apa yang Engkau kehendaki. Maka teguhkanlah daku dengan penyamaran Ketunggalan Mu (Wahdaniatik) dan tetapkanlah daku dengan pendengaran dan ketaatan pada Mu dalam apa yang diri Mu engkau perkenalkan.
Dan bila engkau menyamar, maka jadikanlah daku tergolong dari orang-orang yang mengetahui, bahwa Engkaulah yang menyamar.... Dan bila Engkau Memperkenalkan diri, maka jadikanlah daku tergolong dari orang-orang yang mengetahui, bahwa Engkaulah yang memperkenalkan diri.
45.
YANG TERUNGKAP SERBA SUCI
“Bagi Nya wajah tanpa rupa;
“Bagi Nya mata tanpa kedip;
“Bangi Nya ucap tanpa huruf;
“Baginya ilmu tanpa halaman;
“Bagi Nya dekat tanpa mana;
“Bagi Nya jauh tanpa hingga;
46.
D O ‘ A
“ YA Tuhanku !
Denganku daku hina; Dengan Mu daku mulia;
Denganku aku papa; Dengan Mu aku kaya;
Denganku daku lemah; Dengan Mu daku perkasa.
Tiada yang dapat mengetahui kehinaanku, kepapanku, dan kelemahanku selain Mu.
Maulaya! Makrifat dalam hati menuntut demi untuk Mu atas diriku, sedangkan daku khusuk di ambang gerbang pintu Mu, bersujud di dalam lapangan Mu nan luas, ku datang menghampiri Mu dengan penuh noda dan dosa, Ku mohon maaf ampunan Mu serta kemurahan Mu, ku minta tersingkapnya tabir penutup untuk bertobat dan kembali pada Mu.
Malulaya! Andaikan Engkau pikulkan atas pundakku beban dosaku.... tidaklah bumi dapat mengangkatku, tiada pula langit dapat menaungiku, tiada satupun selain Engkau yang dapat memikul berat dosaku, dan tiada satu lisan selain dari lisan-lisan kemaafan Mu yang sanggup memberi alasan... terhadap kessalahan-kesalahan ku, tiada satupun dari makhluk-makhluk Mu yang sanggup melihat padaku karena buruknya rupa yang dipenuhi oleh daki-daki dosaku.
Tiada makrifat dari sekian banyak makrifat makhluk-makhluk Mu yang sanggup mengajukan uzur untukku kepada Mu, lagi pula ia melihat dosaku dalam makrifat Mu.
Maka, tiadalah demi Kemulian Mu, sekali lagi tiadalah demi Kemulian Mu yang dapat menyelematkan diriku daripada Mu, Kecuali Engkau, tiada pula daku dapat menghindarkan diri dari Kemurakaan Mu melainkang Engkau, tiada daku mempunyai alasan perihalku kecuali Engkau.
Maulaya! Daku memohon kepada Mu dengan Rahmat Mu! Daku meminta pada Mu dengan Nur Cahaya Mu; Daku ajukan pintaku pada Mu dengan kebagusan Mu; Daku harapharapkan pada Mu dengan Keindahan Mu; Daku rindukan pada Mu dengan Zat Mu; Dengan Wajah Mu; Dengan Diri Mu; Dengan Samping Mu; Dengan Tangan Mu; Dengan Roh Mu; Dengan mata penglihatan Mu; Dengan Rumah Mu; Dengan Somadiat Mu; Dengan seluruh Sifat-sifat Mu; Dengan ke-Agungan di dalam meng-Agung-agungkan Mu; Daku memohon maaf dan ampunan serta kemurahan dan kuminta tabir penutup untuk dosa-dosaku dengan tobat dan kembali pada Mu.
47.
SAKSI MAHA TUNGGALNYA DALAM SESUATU
Bukti-bukti ketunggalan dalam sesuatu-sesuatu itu, bahwa kesemuanya itu adalah buatan dari sisi Yang Maha Tunggal; Seluruh sifat buatan Nya adalah satu, yaitu ulang mengulangi dan kemusnahan; Bentuk semua buatan Nya adalah satu, yaitu dalam keterbatasan, Tanda-tanda buatan Nya satu, yaitu kodrat; dan pengetahuan semua butan Nya satu, yaitu kodrat; dan pengetahun buatan Nya satu, yaitu ikrar (pengakuan), dan semua ikrar Nya satu, yaitu kebodohan, dan jenis mata semua buatan Nya satu, yaitu wujud ini, maka kelangsungan wujud buatan Nya saling hancur menghancurkan, hingga tiada tinggal satu wujud pun.
Seluruh terjemahan-terjemahan buatan Nya adalah satu, yaitu memberi penjelasan; Ketenangan seluruh buatan Nya adalah satu, yaitu ketertiban; Gerakan seluruh buatan Nya adalah satu, yaitu penyusunan; Hukum hukum buatan Nya adalah satu, yaitu kemauan; Perbuatan-perbuatan semua buatan Nya adalah satu, yaitu yang dimaksudkan; Kesmapaian semua buatan Nya adalah satu, yaitu ketidaksanggupan; Dan diamnya semua apa yang dibuat oleh Nya adalah satu, yaitu tempat; Dan kelemahan semua buatan Nya adalah satu, yaitu Baharu (Haditsah) (Lawan Qadim).
49.
HURUF DAN LINTASAN-LINTASAN HATI
Huruf itu terdiri atas bentuknya, dan bentuknya terdiri atas tasrifnya (Perubahan bentuk kata), dan tasrifnya terdiri atas ilmu-ilmunya, dan ilmu-ilmunya terdiri atas hukum-hukumnya.
Huruf itu merupakan maqam hijab; Menghimpun huruf adalah maqam penyusunan; Menyusun dan mencerai beraikan huruf itu adalah maqam pemusnahan.
Huruf itu merupakan unsur benda bagi “siwa” (Selain Allah) seerta unsur benda bagi perbagai “Lintasan hati”.
Tiada terlintas padamu suatu lintasan hati, lalu engkau tiada menafikan, maka bukanlah engkau daripada Ku, dan bukanlah Aku daripadamu.
Bila terlintas padamu suatu lintasan hati lalu engkau meniadakan... niscaya engkau daripada Ku atas hukum apa yang engkau meniadakan; Sedangkan engkau daripada lintasan hati itu atas hukum yang menahanmu.
Bila sudah tidak terlintas padamu suatu lintasan hati, niscaya engkau daripada Ku dan Aku daripadamu.
Bila terlintas padamu suatu lintasan hati, dan engkau menyambutnya dengan baik, kemudian engkau meniadakan, maka engkau daripadanya.
Bila terlintasa padamu lintasan hati, lalu engkau meniadakan seketika itu, maka ia tidak denganmu, den engkau tidak pula dengannya.
Ia berkata kepada ku : “Bila engkau makan dengan sesuatu, niscaya engkau minum pula dengannya; Bila engkau minum dengannya sesuatu, maka engkaupun akan mambok dengannya.
Ia pun melanjutkan : “ Hendaklah engkau jangan makam dengan siwa, yang mana nantinya engkau akan minum dengannya, dan jangan pula engkau minum dengan siwa, agar engkau tidak mabuk dengannya.
Bila engkau makan dengannya, engkaupun akan bersandar padanya atas asal usulnya; Dan bila engkau minum dengannya, engkaupun akan condong kepada ilmu-ilmunya.
Iapun menyambung : “ Bila engkau tidak makan dan tidak minum dengan siwa, niscaya ucapanmu adalah kata-kata yang benar dan tepat, engkaupun ikhlas melaksanakan, dan perkataan serta perbuatanmu akan datang kepada Ku tanpa hijab, dan akan Ku tetapkan kata-katamu dalam kitab Ku, dan Ku tetapkan perbuatanmu dalam beribadah kepada Ku.
Dan kata Nya : “ Hai hamba! Bila puji-pujimu kepada Ku dengan puji-puji huruf, niscaya engkau akkan lengah dengan kelengahan huruf itu’
Hai hamba! : “ Bila engkau bertobat dengan lisan huruf, niscaya engkau urungkan dengan lisan huruf.... bila engkau taat dengan lisan huruf, nsicaya akan bermaksiat dengan lisan huru.
Hai hamba! : “ Sucikanlah puji-pujimu kepada Ku daripada huruf dan berlebih-lebihannya, dan sucikanlah taqdismu kepada Ku dari berlebih-lebihan serta bertingkat-tingkatnya huruf itu, niscaya Ku tulis tasbihmu dengan tangan Ku ats naungan Ku, dan Ku jadikan engkau dari ahli keluarga Ku... bila tiba “Saat pertemuan”.
49.
YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN HIASAN
Hai hamba! Akulah pengetahuanmu itu, bila tidak, maka tiada pula pengetahuan bagimu, dan Aku lah pendapatmu itu, bila tidak, maka tiada pendapatan bagimu, dan Aku lah pendengaranmu itu, dan Aku lah penglihatanmu, maka bila tidak, tidak pula bagimu penglihatan.
Hai hamba! Aku menghijab dengan kenikmatan-kenikmatan duniawi, maka itulah kenikmatan yang menghijab, dan Aku pun telah mengungkap kenikmatan-kenikmatan ukhrawi, maka itulah kenikmatan-kenikmatan yang mengungkap.
Hai hamba! Pandanglah hiasan yang dibangun oleh karya tangan-tangan pendurhaka di dunia ini, dan pandanglah susunan-susunan buah tangan karangan para pemikir yang lalai; maka dengan kketaatan mereka tidak terlihat berupa keindahan walau dihias dengan apapun juga, dan tiada dengan pengetahuan mereka hasil yang elok dari buah karangan mereka walau disusunsedemikian rupa.
Hai hamba! Hendaklah engkau menengok hati-hati mereka yang telah berikrar kepada Ku, namun tidak mereka penuhi; Dan lihatlah pada lisan-lisan yang telah berikrar untuk Ku tetapi tidak dilaksanakan... Akan terlihat olehmu apa-apa yang telah diucapkan itu tidak berbekas menjadi kenyataan, dan akan terlihat olehmu apa yang mereka perbuat tidak memncerminkan cita-cita sifatnya.
50.
SAMPAI KEPADA ALLAH
Ilahi ! Engkau maha mengetahui akan ilmu, tetapi ilmu itu tidak mengetahui Mu, dan Engkau Maha mengenal akan makrifat, tetapi makrifat tidak mengenal Mu.
Ilahi ! Perlihatkan padaku dalam Engkau membolak balik, dan saksikanlah padaku dalam Engkau mencurahkan asuhan, dan mewujudkan daku dengan Mu dikala Engkau memperlihatkan , sehingga jangan menjadi atasku selian Mu “Ketuhanan hukum” (Rabbabiatul Hukum) dan “Arti makna Nama (Ma’nawiyatul Isim).
Ilahi ! Engkau Maha Mengetahui terhadap diriku, untuk apa daku Engkau ciptakan? Ddan Engkau Maha Mengetahui tentang panggilan-panggilan diriku, untuk apa Engkau jadikan aku” Dan Engkaulah Maulaya! Nan Maha Kaya dan tidak memerlukan daku, bagaimana Engkau memperlakukan daku sedangkan Engkau Tuhanku! Engkaulah Maha Penyayang dari segala penyayang, bagaimana Engkau membolak balikan daku?
Ilahi , Gusarkanlah daku dari segala sesuatu yang membuatku jinak terhadap kenikmatan-kenikmatan Mu, tunjukan daku dalam semua kenikmatan Mu wajah-wajah para pengenal-pengenal Mu, pimpinlah daku dalam Makrifat Mu, dengan ilmu-ilmu Ketuhanan Mu, dan perlihatkan padaku Nur Cahaya Mu, dengan bimbingan petunjuk Mu.
Ilahi ! Telah berkuasa dan Mulia sifat-sifat Mu atas huruf para pengucap, da meninggi zikir-zikir taqdis Mu atas pikiran-pikiran para pendiam, maka tiadalah makhluk-makhluk yang dapat mentasbihkan Mu melainkan Tasbih Mu jua yang lebih besar, dan tiada jangkauan khayal untuk memuja dan memuji Mu, melainkan pujian Mu jua yang lebih Agung.
Ilahi ! Engkaulah bukti dari seluruh pembuktian-pembuktian Mu, dan Engkaulah penerang atas segala penerang-penerang Mu, serta ayat-ayat Mu.
Ilahi ! Telah surut kembli segala makrifat-makrifat di hadapan makrifat Mu dengan keheran-heranan, dan kembalilah segala penglihatan-penglihatan hati di hadapan keindahan ke Agungan Mu dengan keletihan dan kepayahan.
51.
DDO’A PARA ARIFIN
Ya Allah ! Aku berlindung dengan Mu daripada mengetahui suatu ilmu, melainkan demi pada Mu, atau menginginkan suatu ilmu demi untuk Mu, atau melakukan suatu amal melainkan demi untuk wajah Mu, atau menuju suatu jurusan kecuali demi dalam ketaatan pada Mu.
Ya Allah ! Sungguh aku berlindung dengan Mu daripada berusaha, kecuali dalam keridhaan Mu, atau di kala aku membolak-balikan badanku di atas pembaringan, kecuali dengan penuh rasa takut pada Mu, atau juga ku buka mataku, kecuali untuk melihat ayat-ayat Mu, atau mengarahkan telingaku, melainkan guna menyimak peringatan Mu.
Ya Allah ! Sungguh aku berlindung dengan Mu daripada menggunakan pikiran, kecualli dalam takut kepada Mu, atau melaksanakan suat kemauan keras, kecuali di jalan lorong Mu atau mengorbankan jiwaku, kecuali demi dalam hak Mu.
52.
D I A
HUA = dia lelaki, dan HIA = dia perempuan, keduanya tidak mencapai untuk mengibaratkan tentang Ny, menurut harfiah (Karena Allah bukan lelaki dan bukan perempuan).
Tiada mungkin huruf itu mengibaratkan tentang Allah Yang Maha Suci, karena huruf itu tergolong dari makhluk-makhluk Nya.
Huruf itu laksana Suradiq = debu, atau apa yang menjulang, yang meliputi sesuatu untuk membuat bentuk terhadap apa yang dinyatakan oleh Allah dari segi kebendaan. Dan suradiq itu berada di maqar = tempat, dan maqar itu di iqrar = ikrar, dan itu di qarar = tempat yang tetap, dan qarar itu di tamkin = kedudukan di tempat yang teguh, dn tamkin itu rangkaian huruf dan huruf-huruf Nya.
Huruf itu menghijab arti makna, sedangkan arti makna menghijab mahiyat (keadaan).
Huruf itu merupakan hijab yang tidak dpat ditembus oleh penembus-penembus dan tidak dapat dimasuki oleh para penempuh kecuali dengan izin Ku.
Huruf yang paling tinggi adalah Nama Ku, dan hruf pertengahan adalah Kemauan Ku, dan semua huruf itu adalah Bahasa Ku dan lisan-lisan Ku, Malaikat itu berkenan melapangkan Nama itu, karena itu adalah pintunya, dan Jin melapangkan kemauan keras, karena itu adalah pintunya, dan insan melapangkan semua huruf karena itu adalah pintunya.
53.
PARA ARIF DAN PARA ABID
Ia berkata kepada ku : “Hai Arif! Imanmu sebanding dengan iman para makhluk, malah lebih baik; Dan maksiatmu seimbang dengan maksiat para makhluk, malah lebih bessar.
Ia berkata : “Jika bukan karena Arifin, niscaya sudah Ku sekap semuanya”. Selanjutnya : “Para Abidin merupakan tonggak bumi dan para Arifin merupakan pasak-pasak zikir.
Ia berkata : “Seorang abid, ibarat air yang menyirami bumi, tetapi ia tidak merasakan buah-buahan yang tumbuh; sedangkan seoran arif ibarat ayat-ayat yang mempercepat zikir, tetapi ia tidak ikut meneguk dengan cangkir-cangkir.
Ia berkata : “Seorang arif mengalir dalam zikir, tetapi tidak ikut serta minum, laksana yang naik di atas lautan dengan berjalan tetapi tidak menghirup, bila engkau makan dengan sesuatu niscaya engkau iringi minum dengannya, bila engkau minum denga sesuatu, maka engkaupun mabuk dengannya.
Janganlah engkau mabuk, dengan selain Ku, niscaya engkau menjadi ARIF.
54.
MAQAM-MAQAM MEREKA YANG TELAH SAMPAI DAN MARTABAT MARTABATNYA
Mula pertama karunia Allah bagi seorang muried (Yang berhasrat menempuh), ialah ajakan berbicara sebagai pembuka perkenalan, kemudian berkenalan dan saling kenal-mengenal (arif); Setelah itu berikhlas hati untuk semua amal perbuatannya kemudian berbaik niat, lalu bersabar diri, naik ke rida dengan hukum Nya.
Setelah itu sang arif dianugrahi penyaksiann menyaksikan Nya.
Dan penyaksian, meningkatkan keteguhan hati, bila hati telah teguh diulurkan perjanjian kewaliaan, setelah itu dipilih oleh Nya. Jika terpilih maka diserahi amanat, setelah itu diungkapkan kepadanya khazanah rahasia-rahasia Nya, Setelah kesemuanya ini dilalui, menjadilah ia seorang khalil (kawan setia). Khalil atau Al Khullah (sahabat yang akrab).
Sahabat yang akrab ini adalah dari maqam Al Mahabbah (Maqam Cinta) maqam ini adalah suatu maqam bukan dari maqam, itu adalah maqam Sayyidina Muhammad, s.a.w.
Di dalam maqam cinta, sang abid berpindah ke “Berdiri tegak memandang” (Mauqifil ithla) terus ke “ Berdiri tegak nan tenang” (Mauqifis Sukun).
Dengan demikian, maqam-maqam itu dari tahap ke tahap menjulang dengan kesimpulan :
Al muhadatsah (Ajakan berbicara).
At ta’aruuf (memperkenalkan, ajakan berkenalan)
Al makrifah (perkenalan)
Al isyhad (mempersaksikan, memperlihatkan)
At tatsbiet (keteguhan hati, ketapan)
At tamkin (penetapan berteguh)
AL wilayah (kewalian)
Al ishtifa’ (seleksi, dipilih)
Al i’timaan (diserahi amanat)
Al kasyf (tersingkap, terungkap)
AL khulaf (kawan setia, sahabat yang akrab)
Al mahabbah (cinta)
Al ithla’ (memandang)
Al qath’ ( memutuskan)
As sukun (tenang).
Pendekatan itu baginya
Tanda cinta
Bila sudah nyata
Maka tergulunglah semua antara
Segera terhapuslah
Warna dawat dan segala nama.
55.
YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN HIASAN
Ilmu itu adalah bukti Ku; Makrifah adalah jalan Ku; Waqwah adalah tempat bicaraku dan Rukyah adalah wajah Ku.
“Maka ke mana pun kamu menghadap, di situlah Wajah Allah, sungguh Allah itu Maha Luas dan Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah 2 :115)
Ilmu itu nyata bagi hukum-hukumnya yang menyangkut kejiwaan, sedangkan makrifat itu menyembunyikan di dalamnya hukum-hukum kejiwaan. (Makrifat itu menghapus keinginan-keinginan nafsu, dan segala apa yang ada hubungannya dari hukum-hukum yang berupa keinginan-keinginan yang berada di dalam hati).
Ahli ilmu itu adalah ahli air dan naungan; Ahli makrifat itu adalah ahli hadiah-hadiah dan kemuliaan; Dan ahli Waqwah itu adalah ahli gembira dan saling berkata; Ahli Ru’yah itu adalah ahli rahasia-rahasia dan kawan duduk semajelis.
Waqwah itu adalah pintu bagi Ru’yah, tidak akan sampai kepadanya kecuali dari situ; Makrifah itu adalah pintu waqwah; tidak akan sampai kepadanya kecuali dari situ; Al Minnah (karunia) itu adalah pintu bagi makrifah, tidak akan sampai kepadanya kecuali dari situ, dan ilmu itu adalah bukti Ku kepada makrifah.
Makrifah-makrifah itu mengalir di dalam waqwah bagikan mengalirnya air di daratan tanah.
Waqwah itu adalah naungan Ku, makrifah itu adalah naungan Arasy Ku dan ilmu itu adalah naungan surga Ku.
Dunia dan akhirat telah tenggelam ke dalam huruf, huruf tenggelam ke dalam makrifah, makrifah tenggelam ke dalam waqwah, dan waqwah tenggelam ke dalam ru’yah, dan ru’yah berkekalan terhadap ahlinya dan mereka tinggal di dalamnya untuk selma-lamanya, mereka telah mengucapkan dengan ucapan tentangnya, maka mereka utusan-utusan bagi para duta dan penguasa-penguasa bagi para bangsawan.
Tiada di dalam Ru’yah itu waqwah dan tidak pula ibarat. Maka maqam ru’yah adalah maqam Fana (kelenyapan) segala sesuatu ... tiada lagi apapun, yang ada hanyalah Wajah Nya Yang Maha Suci, dan tiada yang kekal selain wajah Nya Yang Maha Muia.
Ia berkata kepada Ku : “Hanya Aku, tiada sesuatu yang dapat berdiri sendiri di ssamping Ku, tiada sesuatu yang kekal bersama Ku, dan tiada sesuatu yang jadi atas Ku.
Maka siapa yang Ku tegakkan berdiri di dalam “Berdiri Ku sendiri” (Waqwati) atau Ku saksikan penglihatan Ku, niscaya Ku kekalkan sebagaimana yang Ku kehendaki agar supaya Kehidupan atau Kegaiban sesuak apa yang Ku kehendaki demi keselamatannya dari kebinasaan.
Ia pun melanjutkan : “Seorang waqif (yang berdiri di waqwah), tiada alam semesta menjengkelkannya, tiada pula diganggu oleh kejadian-kejadian. Bila ia pergi di malam hari, maka ia dalam lindungan Ku dan alangkah baiknya perlindungan itu, bila ia tinggal berdiam seorang diri, Akulah penjaganya! Alangkah baiknya penjagaan itu.
Kawan waqwah merupakan pembawa berita gembira dan pemberi kabar penakut (Basyiron wa Nadziro), dan kawan Ru’yah adalah pemberi syafaat dan jaminan (Tiada suatu hal – keadaan yang setara dengan keadaan mereka).
56.
SABDA ALLAH TERHADAP LANGIT DAN BUMI
Dekat tak dapat dikatakan, jauh tak dapat diuraikan. Dekat, tetapi tidak dapat dikatakan dekat Nya (Maka Ia lebih dekat dari urat leher) Jaug, tidak dapat diuraikan akan Jauh Nya (fa huwal muta’al), maka Dia lah Yang Maha Tinggi. Nyata, tak dapat dicapai kenyataan Nya. Bathin, tidak dapat diungkap hijab Nya, karena “Tiada satupun yang menyerupai Nya (Laisa Kamitslihi Syai’un). (Asy Syura 42 : 8).
Langit-langit dan bumi diadakan Nya dan ditegakkan dengan hukum Nya dan tibalah Sabda Firman Nya :
“Datanglah kamu keduanya menurut perintah Ku dengan patuh atau terpaksa” Keduanya menjawab “Kami datang dengan penuh kepatuhan” (QS. Fush Shilat 41:11).
Dengan Nya keduanya dapat mendengar, dan dengan Nya keduanya dapat menjawab dan dengan Nya keduanya dapat taat dan patuh.
Tiada penyaksian kecuali dengan DIA.
Tiada hijab melainkan dengan DIA.
Siapa yang tehijab bagi selan DIA.
Niscaya akan nyata bagi selain DIA.
57.
TENTANG HIJAB
Aku ditegakkan bediri di hadapan Nya, kemudian Ia pun berkata pada ku : “Hijabmu adalah segala apa yang Ku nyatakan, hijabmu adalah segala apa yang Ku rahasiakan, hijabmu adalah segala apa yang Ku hapuskan, hijabmu adalah segala apa yang Ku ungkapkan, dan juga segala apa yang Ku tutup.
Ila engkau keluar dari padanya, keluar pulalah engkau dari hijab; bila engkau dihijab olehnya, niscaya engkau dikerumuni oleh hijab dari sekian banyak hijab-hijab.
Ia pun menyambung pula : “Tidak, engkau tidak akan dapat keluar dari dirimu, melainkan dengan Nur Cahaya Ku, Nur Cahaya Ku yang mampu menghanguskan hijab itu, lalu engkau dapat melihat bagaimana caranya ia (Nur itu) dapat menghijab. Selanjutnya : “Barangsiapa telah melihat Ku, dan telah menyaksikan maqam Ku, akan diharamkan atasnya makanan yang halal selama engkau berada dalam hijab.
Ia pun melanjutkan : “Jangan engkau berhenti di dalam hijab, dan jangan pula berdiri di dalam hijab, karena segala hijab akan bertolak pinggang membantahmu tentang Ku, hendaklah engkau iqomah di sisi Ku, niscaya Aku akan membelamu dan membantah tentang dirimu.
Lanjutnya : “Bila engkau telah melihat Ku dan tinggal di sisi Ku, maka engkau dari Ku, dan engkau dengan Ku, dapat berdiri di bawah naungan Ku dan tergolong dari orang yang bersyafaat terhadap siapa yang Ku kehendaki dari makhluk-makhluk Ku”.
Lanjutnya : “Bila engkau telah melihat Ku, dan tinggal di sisi Ku, maka engkau dengan Ku, dan engkau dari Ku, berdiri di dalam kasih sayang Ku dan mengharap besarnya anugrah dan ampunan Ku.
58.
PEMBAHASAN TENTANG TABIAT HATI
Dengan fitrah yang ada, hati itu tidak diciptakan baik maupun jahat..... tetapi mempunyai kesediaan untuk berperangai dan berbudi pekerti, berwatak dan bertabiat, yang mana dari dasar segi baik dan jahat, ia dapat pulang balik antara keduanya atas segi ikhtiar dan kemauan.
Hati itu dapat patuh mendengar sesuatu, atau mendengar lawan swssuatu, walaupun simpang siur bahasanya. Andaikan ia diajak bicara oleh alam semesta dengan apa yang ada padanya ia dapat mendengar dengan satu pendengaran, begitu juka jika ia menjawab, ia menjawab dengan satu jawaban.
Mengenai akal, ia dapat memandang seluruh pemandangan-pemandangan yang bercabang-cabang aneka ragamnya sekali pandang...... Adapun Jiwa dan tabiat, masing-masing dari keduanya tidak berdaya dan berkesanggupan kecuali untuk mengikuti satu pandang demi satu pandang yang terpisah sendiri-sendiri, apabia ia bergantung dengan salah satunya, berpisahlah ia dari yang lain. Kebalikannya, akal, ia tidak dapat dipotong oleh satu pemdangan selama ia berada setingkat ilmu, apabila ia berpisah dari ilmu ke pendapatan, bergantunglah ia kepada pemandangan dan berpisahlah ia dengan memasang teinga kepadanya dari yang lain.
Bagitu juga halnya dengan hati, ia tidak dapat dipotong oelh satu pendengaran dari sekin banyak pendengaran, selama ia dalam tingkat ilmu, apabila ia berhasil tertegun oleh satu pendengaran, berpisahlah ia dari lainnya.
Maka ilmu itu pun merantau dan meluaskan gema pendengaran dan penglihatan, sedngkan pendapatan mengepungnya untuk meringkus ke satu titik dan satu persoalan. Dan alam semesta keseluruhannya merupakan lintasan hati sepanjang masa di dalam hati dan akal.
Sesungguhnya hati itu terkhusus dengan lintasan-lintasan, karena hukumnya daam hati yang lebih kuat; Ajakan alam semesta untuk berbicara terhadap hati, adalah menjadi pemisah dari yang lain. Dan akal itu memandang alam semesta, begitu juga, alam semesta memandang kepadanya. Ada kalanya ia masuk dalam pembicaraan bersama alam semesta, dan hukum pembicaraan itu lebih berpengaruh dari hukum pandangan yang tanpa pembicaraan.
Hati itu merupakan tempat bermukim lintasan-lintasan yang berada di dalamnya. Dana akal itu merupakan jalan lintasan-lintasan hati yang berlalu di dalamnya serta melewatinya.
Banyak sekali ragam lintasan-lintasan hati itu. Dan bercabang-cabang pula; Ada yang bersifat “keiblisan” (iblisiah), ada pula yang bersifat “kemalaikatan” (malakiah), “kerajaan langit” (malakutiah) dan “kerajaan duniawi” (mulkiah).
Lintsan hati “keiblisan” itu ialah lintasan-lintasan hati yang membuat keraguan )Asy Syakiah) dan “menyukutan Tuhan” (Asy Syirkiah) dan “kebid’ahan lawan sunnah Nabi” (Al Bid’ah) dan “mengingkari kebenaran” (Al Jukhdiha),. Adapun lintasa yang membawa keraguan dan kemusrikan itu, lalu lalang di halaman lintasan malakutiah. Mengenai lintasan hati pembawa bid’ah dan pengingkaran, itu pulang pergi di jalaman mulkiah – kerajaan duniawi.
Lintasan-lintsan hati itu adalah ilmu, hukum dan suruhannya, maka apabila si pendengar menyimak kepadanya dan meneguk isi piala ilmunya, hukumnya dan suruhannya, jatuhlah ia ke jurang pelanggaran dan larangan. Itulah yang dibangkitkan oleh lintasan-lintasan itu. Jika tidak dihiraukan dengan ditanggapi was-wasnya, kembalilah ia ke tampat asala mulanya dengan apa yang ada padanya dari ilmu, amal, hukum dan suruhannya.
Alamat bergantungnya hati kepada Tuhan, ialah terungkapnya perasaan di kala bisikan-bisikan lintasan hati itu menghadapi apa yang dipilihkan oleh Tuhan kepadanya dalam keadaan yang sulit diuraikan dan tidak dapat dibeberkan oleh terjemahan, maka apabila diletakkan perasaan ini ke dalam hati sang hamba, ddipisahkanlah ia dari penyirnaan lintasan hati yang jahat itu.... dan apabila hati itu kehilangan perasaan ini, maka berdatanglah serangan lisan-lisan lintasan itu, lalu diraih dan dicengkeramnya.
Sang Abid menguraikan perasaan yang demikian ini dengan ucapan “.....Oh!!!! Sesungguhnya kurasakan betapa antaraku dan antara Tuhan adalah “Kemakmuran” (‘amamr)... dan kemakmuran inilah yang menjadi perisai diriku dari tergelincir dalam kesalahan.
59
APA YANG DIKATAKAN ALLAH KEPADA HAMBANYA
( 1 )
Telah Ku ciptakan makhluk-makhluk, maka hendaknya engkau menjunjung tinggi ciptaan Ku. Jangan berlaku kejam terhadap ciptaan Ku, bagaimana kiranya jika diperlakukan yang demikian menimpa pada dirimu? Jka demikian perilakumu, Aku lah yang akan bertindak kejam atasmu.
(2)
Jangan hendaknya engkau berlaku kejam atas siapa pun dengan zat dirimu. Ingatlah!! Keperkasaan itu bukan kepunyaanmu; Keperkasaan itu adalah milik Ku sendiri.
(3)
Aku ditegakkan berdiri di dalam sesuatu, maka oleh Nya aku di bawah kepada ‘nama-nama’, akupun ditegakkan berdiri dalam nama-nama itu, lalu aku dibawa pula ke “arti mankna-arti makna” itu, setelah itu aku dibawa pula ke “arti makna-arti makna” itu, setelah itu aku dibawa kepada “diriku” dan ditegakkan berdiri pula di dalamnya.
Dari “diriku” aku dibawa ke “dunia” akupun ditegakkan berdiri pula di dalamnya, dari “dunia” aku dibawa ke “syirik dan kufur” Dan kata Nya : “ Bila kemauna-kemauanmu berkisar dalam lingkaran itu, jangan diharap engkau dapat masuk ke Hadirat Ku.... dan Ia berkata “Tengoklah kepada “kemauan keras-kemauan keras” itu! Maka kulihat “kemauan keras” yang tidak berdiri di antara kedua tangan ya, akan berdiri di antara kdua tangan iblis.... mau ataupun tidak.... dan aku lihat iblis melambai sambil menyeru kepada “kemauan-kemauan keras” itu kepada ddirinya masing-masing.
Lambaian itu pun disetujui, maka berdirilah di anatara kedua tangannya dalam keadaan terhijab dengan diri dirinya sendiri.
Ia berkata kepadaku : “Aku yang memanggil “kemauan-kemauan keras” itu kepada Ku bukan kepada dirinya masing-msing, maka janganlah engkau masuk ke Hadirat Ku kecuali bila “kemauan-kemauan keras” itu keluar dari diri dirinya.
Ia bertuturkata kepada Ku : “Seorang Wali itu, ialah mereka yang berdiri tegak di antara kedua tangan Ku, tiada beranjak tiada pula beringsut.
(4)
Aku telah diteguhkan berdiri tegak di dalam “kesempurnaan” maka aku melihat di dalamnya berhimpunan “Ke Maha Besaran) (Al Jalal) dan “Ke Maha Indahan: (Al Jamal)
· Sifat-sifat Al Jamal, pada Allah, dapat engkau temui dalam :
Ar Ra’uf – Maha Penyayang dan Maha Pengasih.
Al Wadud – Maha Mencintai
Al Khaliem – Maha tetap dapat menahan amarah.
Al Kariem – Yang melimpahkan Karunia kepada makhluk-makhluk tanpa diminta sebelumnya.
Al Afu-wu – Maha memberi maaf.
Al Ghaffar – Maha menutupi kesalahan hamba-hamba Nya dengan pengampunan dosa mereka.
Al Mannan – Maha pemberi Karunia.
Al Khannan – Maha Kasih Sayang.
Ash Shobur - Maha sabar
Asy Syakur – Maha pembalas jasa hamba Nya.
Ar Rozzaq – Maha pemberi Rizki.
Dan Sifat-sifat Al Jalal pada Allah, dapat engkau temui dalam :
Al Jabbar – Yang perkasa memaksa akan kehendaknya.
Al Muntaqiem – Maha kuasa menindak dengan siksa.
Al Aziz – Maha kaut tak terkalahkan oleh apapun
Al Muta’al – Yang mencapai puncak ketinggian
Al Muatakabbir – Yang patut dipuja karena ke Agungann Nya
Al Muahimin – Maha menaungi hamba-hambanya
Al Jalil – Yang mempunyai sifat kebenaran
Al Adhiem – Maha Luhur
Al Kabier – Maha Besar
Al Muiz – Yang meninggikan derajat siapa yang dikehendaki
Al Qibidh – Maha kuasa menyempitkan
Al Khofidz – Maha kuasa merendahkan
Dana Maha Kesempurnaan Allah, adalah di dalam himpunan antara Maha Santin (Al Khulum) dan Maha Memiliki Kekuasaan ( Al Jabbarut), berkait antara dua sifat yang saling berlawanan menjadi dalam satu ketunggalan, hingga tiada ada pada Nya berlawanan dan tiada pula tebagi-bagi.
Maka Dia Yang Maha Sejahtera (As Salam) yang pada Nya tiada perlawanan dan perselisihan.
( 5 )
Bila engkau telah mengenal Daku dengan Ku, tidak lagi perkenalan dengan Ku itu akan dapat ditambah oleh sesuatu (Karena Aku lah yang membawamu sampai kepada puncak makrifat, yang dikemudiannya tiada lagi tambahan).
( 6 )
Engkau sendiri yang Ku maukan dari sekian banyak apa yang telah Ku Ciptakan, maka hendaknya engkau pun demikian juga!. Hanya kepada Ku sendiri arahkan kehendakmu, bukan mengarah ke lain dari Ciptaan Ku.
(7)
Batas yang dapat dicapai oleh penglihatan mata hatii, ialah mengenal apa yang dikehendaki oleh Nya (Nabi Musa .as. menyanggah tindakan-tindakan Al Khidr di saat melobangi perahu (Qs. Al Kahfi 18:71) karena ia tidak diberi penglihatan mata hati seperti halnya Al Khidr, yang mana penglihatannya sudah mencapai apa yang dikehendaki Nya dan memahami maksud dan persoalan raja yang main rampas perahu secara paksa).
(8)
Mengerutkan kekuasaan bagi Allah SWT, adalah satu cara lisan mencari jalan keluar bila engkau telah mencapai makrifat, dan telah engkau ketahui hak kekuasaan penguasa itu adalah milik Allah semata, maka engkaupun akan angkat tangan dari ikut campur tangan dan akan gugur segala kepengurusan).
(9)
Menziarahi para orang yang sudah “mendapat” sedangkan pada dirinya tiada mendapatkan, itu berarti suatu pelanggaran (berkumpulnya seorang ahli tasauf tanpa ada padanya “zauqiah) (hal-hal yang menyangkut rasa dalam hal ikhwal mereka, adalah merupakan suatu pelanggaran)).
(10)
Tinggalkan dirimu ! Dalam engkau meninggalkan dirimu, engkau akan memperoleh kemenangan-kemenangan atasnya (bila engkau merasa cukup, sudah tidak lagi membutuhkan pada dirimu, walau dirimu dalam kebinasaan sekali pun, itulah arti kemenangan atas dirimu).
(11)
Tinggalkan dirimu ! Dalam engkau meninggalkan dirimu, engkau akan memperoleh kemenangan-kemenangan atasnya (bila engkau merasa cukup, sudah tidak lagi membutuhkan pada dirimu, walau dirimu dalam kebinasaan sekali pun, itulah arti kemenangan atas dirimu).
(12)
Ada kebiasaan yang bersumber dari dosa-dosa yang dilakukan kelompok manusia-manusia, dapat membentuk arca-arca sembahan, yang mana sumber kekuasaan arca-arca itu atas manusia-manusia disebabkan karena kebiasaan yang dilakukan berulang kali. Misalnya apa yang dilakukan oleh orang-orang Samiri yang telah membentuk – dari perhiasan-perhiasan yang dicuri oleh Bani Israel – berupa se ekor anak sapi yang dapat mengeluarkan suara lenguhan.
(13)
Hai hamba ! Bila engkau mengenal Aku, maka tinggalkanlah apa-apa selain Ku, sekalipun ap yang selain Ku itu pernah melihat Ku, dan tinggalkan pula apa yang pernah dilihatnya, walaupun dengan Ku ia datang... Ha hamba! Bila engkau merasakan ketentraman dengan perkenalan kepada selain Ku, maka hendaklah engkau campakan perkenalanmu kepada Ku itu di balik punggungmu.
(14)
Syarat keridaan itu ialah penilaian sama antara penolakan dan pemberian.
(15)
Ilmu itu lisan lahir, dan makrifat itu lisan bathin
(16)
Hukum kenyataan itu seluruhnya adalah ketakuran... Dan bahaya itu mendapingi setiap hukum (karena segala yang nyata dari apa yang lahir itu akan berkesudahan pada kelenyapan.
(17)
Ilmu minuman jiwa; makrifat itu minuman hati; Hukum itu minuman akal; dan Kepuasan itu minuman Ruh
(18)
Kejahilan itu lintasan hati di dalam ilmu; Ilmu itu lintasan hati di dalam karifat; Makrifat itu lintasan hati di dalam perkenalan; pekenalan itu lintasan hati di dalam waqwah; Waqwah itu kesudahan, tiada lagi bahaya dan tiada pula lintasan hati,
(19)
Akal itu merupakan alat bagi ilmu; Ilmu itu merupakan alat bagi makrifat; makrifat itu merupakan alat bagi perkenalan; dan perkenalan itu bukanlah alat dan bukan pula waqwah itu alat. Setiap ala mempunyai dua tangan,tangan pertama bertugas memegang dan yang lainnya melepaskan. Memegang dan melepaskan itu menunjukan tanda-tanda pertentangan, maka bila tanpa alat tiada pula pertentangan.
(20)
Sesungguhnya akau mempunyai hamba-hamba yang lancar berbicara, namun mereka itu tidak berbicara dan enggan diajak oleh sipapun untuk berbicara.... Ku katakan padanya : “Tetapkan sikapmu; berbicaralah kepada Ku saja! Terhadap selain Ku sedapat mungkin jangan berbicara.... engkau pun akan menjadi hamba Ku yang pandai bicara.... dan Ku jadikan bagimu suatu syafaat.
Aku pun mempunyai hamba-hamba pendiam, mereka melihat ke Maha Agungan Ku, mereka tidak sanggup berkata-kata, mereka melihat ke Indahan Ku, tiada juga mereka bertasbih; Keindahan Ku membuatnya terpesona hingga terus menerus berdiam diri, Akupun mendatanginya, Ku keluarkan dia dari “maqam diam ke pada Ku”.... Hendaklah engkau diam demi untuk Ku” ... sekuat kemampuanmu... niscaya engkau menjadi “hamba Ku” yang pendiam.
Terhadap hambaku yang pendiam, ku terima sebelumm penghentian dan Ku hantar ke kediaman rumahnya.... dan dialah yang pertama yang Ku panggil bila Aku telah datang.
Antara ucapan dan diam itu adalah suatu dindig pembatas (Barzkh) di dalamnya adalah liang kubur. Bagi akal dan budi, di dalamnya juga kubur dan juga “sesuatu-sesuatu”.
(21)
Ketahuilah! Kuajak engkau berbicara, supaya engkau dapat melihat, bukan untjk berbicara ... Katakanlah padamu ... inilah penglihatanmu! Agar engkau memperoleh bukti di dalam makrifatmu kepada Ku; Bukan untuk engkau pamerkan atas Ku kepada siapa yang tidak melihat Ku.
Ketahuilah! Petunjuk Ku bukan berada di tangan Mu... maka bila Aku mengajak mu bertutur kata, niscaya engkau dapat melihat Ku; Bila engkau melihat... tiadalagi pembicaraan.
(22)
Siapa yang tidak naik atasnya Nur Cahaya Ku, maka ia dalam api... dan siapa-siapa yang naik atasnya Nur Cahaya Ku, maka ia akan dapat melihat Ku.
(23)
Hati-hati yang tetap teguh adalah hati-hati yang bermaqam di Hadirat.... ia tidak hadir mudik dengan pelbagai lintasan hati, karena sesungguhnya ia sudah melihat Ku sebelum KUN (Jadilah) yakni sebelum Aku menyatakan dan sebelum akau berbuat, maka setelah tiba KUN dan telah datang lintasan-lintasan hati, Aku telah menghentikannya di dalam maqam Hadirat.
(24)
Lemparkan apa yang dengannya Aku rahasiakan, dan lemparkan apa yang dengannya Aku nyatakan..... Engkau adalah lebih mulia atas Ku daripada apa yang telah dan akan Ku katakan kepadamu, maka bagaimmana engkau memikul dan membawanya kepada Ku, sedangkan engkau lebih perkasa di sisi Ku daripada apa yang telah dan akan engkau katakan kepada Ku; Maka janganlah engkau menjadi kendaraan bagi selain Ku, niscaya engkau di dampingi oleh derita dan malapetaka yang akan berembunyi di dalam afiat itu. Jadilah engkau untuk Ku, bukan untuk tutur kata Ku (yakni keikhlasan dalam menuju zat ... untuk Zat Allah jangan ada sessuatu yang lain).
(25)
Alah berseru kepada hambanya yang dikatakan – yang ia kikir atas maqam manapun -... Wahai hamba Ku! “Engkau akan dipanggil oleh setiap ariff kepada makrifatnya; Sedangkan itu adalha hak Ku atasnya; maka janganlah engkau keluar dari makrifatmu berpindah ke makrifatnya, itu adalah hak Ku atasmu.
(26)
Segala kenyataan yang telah nyata itu maqamnya berada di belakangmu... di balik hatimu... maka dudukanlah masing-msing itu di maqamnya...
Setelah itu mermaqamlah untuk Ku da engkau akan didatangi oleh “Beridi sendiri” (Qoyyumiati), maka engkau akan ditegakkan berdiri untuk Ku, dan engkau akan selalu beregang pada Ku.... Ketahuilah! Bahwa engkau amat mulia bagi Ku dari segala apa yang Ku nyatakan, dan dari apa yang Ku katakan kepadamu, juga engkau amat perkasa bagi Ku dari apa yang telah engkau katakan kepada Ku”.
(27)
Aku mempunyai di sisi Tuhan ku suatu maqam, dimana tiada lagi di dalamnya “perintah” maupun “larangan” . Itulah maqam di mana ku lihat Tuhanku di dalamnya. Di dalamnya kau tidak lagi Kemalaikatan, tiada pula aku dipengaruhi jin dalam kedudukan selayaknya jin; tidak pula aku dipengaruhi oleh hruf dalam kedudukan sebagai huruf, tidak pula oleh alam semesta dalam bentuk alamiahnya.
(28)
Barang siapa yang telah melihat Ku, jika saja berdosa maka dosanya lebih besar dari alam semesta; dan beritakan tentang siksanya, bahwa derita siksanya adalah seluruh penderitaan.
(29)
Ia bertutur kata kepadaku : “Tidak Ku kirim kepadamu ilmu-ilmu dan tidak pula makrifat-makrifat, bahkan Aku mengutusmu agat segaa sesuatu itu menjadi untukmu “kekuasaan” (Rabbaniah) melaksanakan pengiriman.... Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, niscaya Aku lah yang langsung memerintahmu dengan segala sesuatu, dan tidaklah aku memerintah sesuatu terhadap kepadamu.
(30)
Aku telah dihentikan berdiri di dalam Hadirat Nya. Dia adalah abadi demi keabadian, kekal demi kekekalan, aku pun telah meluhat tirai dan tabir-tabir, segala rupa penghijab, semua menghampar menutupi wajah-wajah siapa saja yang memohon kepada Nya. Aku telah melihat pula bagaimana kesemuanya itu tersingkap bagi wajah siapa saja yang berserah diri kepada Nya.
(31)
Bila engkau telah melihat kepada Ku, ketahuilah bahwa penglihatan itu karena mata manusiawai, bukan hukum manusiawi (yang tidak lengah sedikitpun walau sebagai tawanan dari kebutuhan manusiawi). Dan bila engkau tidak dapat melihat kepada Ku, itu adalah dikarenakan pandangan mata manusiawi.
(32)
Bila engkau memberantas kebutuhan itu dengan sesuatu kelengahan, niscaya kebutuhan itu makin jadi. Bila engkau memberantas kelengahan dengan keinginan-keinginan, akan bertambahlah kelengahan itu.
(33)
Bila engkau tinggal menetap di dalam penglihatanmu kepada Ku, niscaya engkau akan membenci dirimu sendiri sebagaimana engkau membenci musuhmu.
(34)
Segala persoalan-persoalan dapat engkau ketahui, lalu dapat engkau saksikan menurut kadar yang engkau ketahui, kecuali persoalan yang mengenai ketuhanan, pertama-tama engkau dapat menyaksikan kemudian baru negkau dapat mengetahui ilmu-ilmu, Nya.
(35)
Bila engkau telah melihat Ku, niscaya segala ilmu dan makrifat akan menjadi kayu bakar bagi api KU, dan apabila engkau menginginkan, akan Ku sertakan pula engkau dengannya.
(36)
Sekali-kali engkau tidak dapat mengenal Ku, bila engkau tidak melemparkan hawa nafsumu, sekalipun hawa nafsu itu didatangkan oleh tangan Ku.
(37)
Sekli-kali engkau tidak dapat menyaksikan Dau untuk selama-lamanya dengan arti makna, karena artimaknamu itu tidak dapat memiliki kecuali dirinya sendiri., dan engkau akan menyaksikan Daku dengan penyaksian Ku semata.
(38)
Segala apa yang nyata seluruhnya berbatas, batas-batas itu adalah gambar-gambar lukisan, gambar-gambar lukisan itu beraneka ragam, aneka ragam itu saling serupa menyerupai dan saling lawan berlawanan, yang saling lawan berlawanan itu beramah-tamah satu sama lainnya serta bersimpang siur.
Adapun yang dilahirkan itu bersama-sama ilmu-ilmunya adalah merupakan hijab Ku, dan tidak Ku beri nama kepada kenyataan-kenyataan itu untuk memperkenalkan melainkan untuk menjadi hijab Ku.
Bila nama-nama itu dibuang, niscaya akan tertembus oleh pandangan dan bila pandangan dapat menembus berarti dapat mengenal.
(39)
Maulaya! Tiada Ilmu mu bebas merdeka dengan melaksanakan perintah Mu, maka ilmu itu tentang Mu dalam kebutaan. Bila engkau beri petunjuk, itulah karunia Mu; Bila engkau menghijabnya, itulah hijab Mu (alasan); itu semua adalah kepunyaan Mu, maka ilmu itu tidak dapat menyaksikan kecuali kejahilan.
Para ulama Nya ... berjalan dengan Nya di dlam Nur Cahaya Nya.
(40)
Sejauh-jauh kemauan keras itu masih berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari, dan siapa yang merusaknya, maka jadilah rusak. Maka tiada jalan keluar untuk menidadakan pemikiran tentangnya sama sekali, karena sesungguhnya ia adalah asal penderitaan yang dialami oleh manusia menurut susunan manusiawinya.
(41)
Hakekat segala sesuatu itu adalah samar, karena tiadanya kesanggupan. Manusia itu lenah, tiada daya uneuk mengetahui dirinya, dan ia selalu luput untuk mencapai manfaat atau mudharrat ... dan ilmu tentang Tuhannya sangat lemah sekali.
Ilmu-ilmu tak dapat dicapai oleh lawannya sama sekali.
Para kekasih Nya tiada sengsara, dengan pengetahuan ilmu-ilmunya.
Tuhan Maha Tinggi yang meninggi, tak dapat diperkenalkan dengan susunan huruf.
Maka.... Maha Agunglah Puja Puji Nya.
(42)
Hai hamba! Teguhkanlah akal budimu di dalam ketenangan dan ketentraman, lihatlah baik-baik apa yang menjadi penyebab akal budimu tenang dan tenteram, itulah artinya sampai, maka lihatlah tempat sampainya itu, itu adalah merupakan mutiaranya, lihatlah para mutiara itu, maka itulah mata yang mampu melihat. Bila sampainya adalah siwa, niscaya akan keheranan pada mulanya dan rugi setelah kesudahannya.
Bila dengan zikir sampainya dan penglihatan pada Nur Cahay Ku tempat bergantungnya, maka akan tetap dalam keteguhan, tiadalah ia akan berpaling, dan luruslah mata hatinya, maka tidak dikuatirkan lagi akan tergelincir.
(43)
Siapa yang beramal utuk memperoleh pahala, niscaya ia akan letih dengan masuknya harapan-harapan, barangsiapa yang beramal karena takut siksa, niscaya ia akan letih dengan sangka baik; dan barang siapa beramal demi Wajah Allah, tiada letih baginya.
(44)
Ketika ahli pAhlur Ru’yah) mengatakan, bahwa dirinya telah kehilangan padangandan tidak lagi melihat siwa maka sesungguhnya yangmereka maksudkan adalah hilangnya penglihatan terhadap siwa dari apa yang nyata dari kenyataan-kenyataan itu, umpamakan ilmu itu berbentuk dari sebuah kitab, dan kitab itu dari seorang guru, dan guru itu dari suatu madrasah,,, bukan demikian yang diucapkan, tetapi ilmu itu dari Allah, dan mereka sudah kkehilangan urut-urutan dari sebab musabab. Maka segala apa yang nyata pada sisi mereka adalah Al Haq Ta’ala semata, sekalipun menyata dari berbagai jurusan.
(45)
Seluruh ketakutan itu berkaitan dengan perselisihan, tidak cocok dengan pendengaran telinga, tidak cocok dengan penglihatan mata, tidak cocok dengan apa yang dijinaki oleh akal budi... Karena tiada jalan keluar untuk meniadakan ketakutan itu daripada manusia samak sekali karena tiadanya jalan menuju kepada kesempurnaan.
(46)
Bukti dalil keyakinan itu ada empat.... penglihatan nikmat, ketakutan hijab, penerimaan perkenalan dan perpaling daripada siwa.
Pasak bagi hawa nafsu itu ada empat pula.... kekikiran, keserakahan, kesombongan dan panjang angan-angan.
(47)
Keserakahan itu mengiri segala sesuatu kecuali makrifat, dan makrifat itu meniadakan segala sesuatu itu kecuali keetakutan.
(48)
Keyakinan dan taqwa itusaling berdampingan, apabila salah satu gaib, niscaya gaib pula yang lain. Kesabaran dan kerelaan itu adalah berdampingan, bila salah satu gaib, yang lain gaib pula. Dan Khalwah (tapa menyepi menyendiri) dan ibadah itu berdampingan, bila salah satu gaib, gaib pulalah yang lain.
(49)
“Ilahi” Telah musnah segala kenyataan-kenyataan, maka tiada yang dapat bertahan berhadapan dengan keabadian Mu, dan telah terbentang di hamparan bagian-bagian yang terakhir, maka tiadalah kuasa bertahan di hadapan sifay Qiam Mu (berdiri Mu sendiri).
(50)
Hai hamba! “Siapa yang telah paham tentang Ku, niscaya Ku buat perhitungan kepadanya tentang air dan jiwa.
(51)
Hai hamba ! “Bila Aku mengajak berkenalan, Aku hampir tidak lagi menerima suatu uzur (alasan) apapun.
(52)
Hai hamba! “Perkenalan dengan apa yang tak dapat dikatakan itu sifatnya adalah mengharuskan; dan perkenalan dengan apa yang dapat dikatakan itu sifatnya adalah menuntut.
(53)
Tiada perkenalan melainkan dengan karunia dan anugrah dari Allah, maka bila ia memperkenalkanmu, niscaya engkau ditegakkan berdiri, apabila engkau ditegakkan berdiri, niscaya Ia memberikan apa yang dapat engkau saksikan.